Jakarta (Indonesia Window) – Pemerintah Taiwan akan menggelar referendum untuk memutuskan pengaktifan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Keempat Taiwan yang telah lama ditutup-tutupi, kata Perdana Menteri Su Tseng-chang pada Selasa (9/11).
Jajak suara diambil meskipun di hari sebelumnya salah satu menterinya menolak tenaga nuklir sebagai jawaban atas dilema energi di Taiwan, demikian Kantor Berita CNA melaporkan.
Berbicara pada sesi legislatif, Su mengatakan bahwa pembangkit, yang telah terbengkalai sejak ditutup oleh Presiden Ma Ying-jeou pada tahun 2015, harus dibuka segelnya sesuai dengan Undang-Undang Referendum, jika itu adalah pilihan rakyat.
Diluncurkan oleh advokat tenaga nuklir Huang Shih-hsiu, referendum No. 17, salah satu dari empat referendum yang dijadwalkan pada 18 Desember, menanyakan, “Apakah Anda setuju bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Keempat harus dibuka dan dioperasikan secara komersial untuk menghasilkan listrik?”
Su mengatakan bahwa kemungkinan dimulainya kembali pembangkit listrik tenaga nuklir di New Taipei telah membuat penduduk setempat sangat khawatir, mengutip umpan balik yang dia terima dari penduduk di daerah tetangga kota Yilan pada hari sebelumnya.
Pembangkit listrik itu disegel oleh Ma Kuomintang setelah konstruksi yang hampir selesai itu mendapat tentangan publik karena risiko keamanan yang dirasakan.
Namun, Menteri Ekonomi Wang Mei-hua mengatakan kepada wartawan sebelum sesi legislatif bahwa siapa pun yang memahami masalah keselamatan pembangkit listrik dan masalah terkait akan tahu bahwa pengaktifan kembali “tidak akan menjadi pilihan.”
Pembangkit listrik tidak hanya terletak di jalur patahan tetapi juga memiliki masalah operasional dengan generator No. 1-nya, yang belum lulus pemeriksaan yang dipersyaratkan, kata Wang.
Pengaktifan kembali pembangkit listrik akan memakan waktu lebih dari 10 tahun, katanya, mengutip evaluasi dari Dewan Energi Atom.
Partai Progresif Demokratik yang berkuasa bermaksud untuk menghapus tenaga nuklir secara bertahap pada tahun 2025, dan ketergantungan Taiwan pada energi tersebut untuk pembangkit listrik telah turun secara signifikan dari lebih dari 50 persen pada tahun 1985 menjadi hanya 12,7 persen pada tahun 2020, menurut data Taiwan Power Company.
Laporan: Redaksi