Banner

Israel kemungkinan besar akan setujui proposal Mesir terkait pembebasan sandera

Foto yang diabadikan pada 24 Maret 2025 ini menunjukkan reruntuhan bangunan yang rusak akibat serangan Israel di lingkungan permukiman Shuja’iyya, sebelah timur Gaza City. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Kesepakatan gencatan senjata bertahap antara Israel dan Hamas dimulai pada 19 Januari 2025, setelah aksi militer Israel yang intens di Gaza berjalan selama 15 bulan.

 

Kairo, Mesir (Xinhua/Indonesia Window) – Mesir pada Kamis (27/3) menerima sinyal positif dari pihak Israel mengenai proposal Kairo baru-baru ini terkait pembebasan lima warga Israel yang disandera Hamas setiap pekan dan pemberlakuan gencatan senjata 40 hari di Jalur Gaza, kata dua narasumber keamanan yang memiliki informasi tersebut kepada Xinhua.

Sebelumnya pada pekan ini, Mesir mengajukan proposal baru kepada Hamas dan Israel dengan tujuan memulihkan gencatan senjata di Gaza. Hamas segera menyetujui proposal tersebut, sedangkan Israel pada awalnya menunda respons.

“Setelah menerima sinyal persetujuan dari Israel, Mesir mengirimkan satu delegasi ke Qatar dan satu delegasi lagi ke Israel untuk menetapkan peta jalan bagi implementasi proposal tersebut, yang bertujuan untuk membebaskan lima warga Israel yang disandera Hamas setiap pekan serta gencatan senjata selama 40 hari,” imbuh narasumber tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Di hadapan mediator Qatar, delegasi Mesir akan mendiskusikan mekanisme untuk mengimplementasikan proposal Mesir tersebut dengan pihak Israel dan Palestina, kata narasumber.

Banner
kesepakatan gencatan senjata bertahap
Orang-orang berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa di dekat Kantor Perdana Menteri Israel di Yerusalem pada 19 Maret 2025. Unjuk rasa massa pecah di Yerusalem pada Rabu (19/3). Para pengunjuk rasa memprotes kembalinya operasi militer Israel di Gaza serta menyerukan gencatan senjata dan pembebasan sandera secara segera. (Xinhua/Chen Junqing)

Berdasarkan proposal tersebut, setelah pembebasan kelompok pertama warga Israel yang disandera, Israel akan membuka perlintasan Rafah untuk memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan dan unit-unit rumah bergerak, serta untuk mengevakuasi para korban luka.

Salah satu narasumber mengindikasikan bahwa gencatan senjata kemungkinan akan diumumkan paling cepat pada Ahad (30/3), tetapi tidak mengonfirmasi apakah gencatan senjata akan diberlakukan pada hari itu juga.

Kesepakatan gencatan senjata bertahap antara Israel dan Hamas dimulai pada 19 Januari, setelah aksi militer Israel yang intens di Gaza berjalan selama 15 bulan.

Tahap pertama dari kesepakatan itu mencakup pembebasan 33 sandera dari Gaza dan sekitar 2.000 warga Palestina dari penjara Israel. Tahap kedua diharapkan akan melibatkan pembebasan sandera yang tersisa sebagai imbalan atas gencatan senjata permanen dan pembebasan tahanan Palestina lainnya.

Namun, Israel menolak beralih ke tahap kedua dan melanjutkan serangan udara dan darat ke Gaza pada 18 Maret, sehingga secara efektif mengakhiri gencatan senjata yang dimulai pada Januari lalu.

Hamas menahan 251 sandera dalam serangannya di Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Menurut perhitungan Israel, 59 sandera masih berada di Gaza, dengan 35 di antaranya diperkirakan telah tewas.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan