Jakarta (Indonesia Window) – Ahli biologi Amerika dan Inggris menemukan bahwa sel embrio pada tahap awal perkembangan akan sangat rentan terhadap serangan virus corona jika partikelnya berhasil memasuki sistem tubuh wanita hamil.
Hasil observasi mereka dipublikasikan dalam sebuah artikel di perpustakaan elektronik bioRxiv, menurut Kantor Berita TASS yang dikutip di Jakarta, Senin.
“Temuan kami bahwa embrio pra-implantasi permisif terhadap masuknya SARSCoV-2 menyoroti potensi kerentanan embrio ini secara in vivo. Selain itu, data yang disajikan di sini harus segera ditinjau secara cermat atas prosedur seputar fertilisasi in vitro selama pandemi COVID-19 dan akibatnya,” tulis para peneliti.
Februari lalu, ahli biologi China mendeteksi tanda-tanda bahwa virus corona SARS-COV-2 yang menyebabkan pandemik COVID-19, dapat menginfeksi sel-sel plasenta ibu hamil. Hal ini membuat para ilmuwan menduga bahwa patogen dapat menyebar secara intrauterinal, atau memasuki embrio melalui plasenta.
Di sisi lain, pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa kasus seperti itu jarang terjadi.
Selain itu, para ilmuwan tidak dapat mencatat konsekuensi yang terlihat dari infeksi virus corona yang menembus jaringan embrio.
Ketidakpastian tersebut mengakibatkan banyak perdebatan apakah virus SARS-CoV-2 berbahaya bagi janin.
Infeksi
Sekelompok ahli biologi molekuler Amerika dan Inggris yang dipimpin oleh peneliti Mauricio Montano dari Institut Gladstone di San Francisco, AS untuk pertama kalinya mencoba mendapatkan jawaban langsung atas pertanyaan tersebut dengan bereksperimen menggunakan embrio dari perawatan kesuburan dan fertilisasi in vitro, dan analog dari partikel SARS-CoV-2.
Para ahli biologi tertarik pada dua hal, yakni apakah reseptor ACE2 dan protease TMPRSS2, yang sangat penting untuk penyebaran virus corona, ada di permukaan sel embrional, dan jika demikian, apakah fragmen membran SARS-CoV-2 dapat menembus mereka.
Ternyata, jawabannya ada di semua embrio yang diperoleh dari donor dengan latar belakang etnis yang sangat berbeda.
Sel mereka benar-benar mengembangkan protein ACE2 dan TMPRSS dalam jumlah besar, dan model partikel virus corona dengan mudah menembusnya, mengakibatkan kematian massal meskipun model tersebut tidak dapat bereproduksi.
Hasil eksperimen seperti itu, seperti yang dicatat para peneliti, menunjukkan bahwa embrio akan sangat rentan terhadap infeksi virus corona pada tahap awal perkembangannya ketika mereka tidak dilindungi lagi oleh membran glikoprotein khusus yang mengelilingi sel telur yang tidak dibuahi, sementara plasenta dan sistem kekebalannya sendiri belum terbentuk.
Karenanya, para ilmuwan mengusulkan untuk merusmuskan tindakan pencegahan tambahan dalam operasi klinik kesuburan serta untuk mempelajari secara rinci efek virus SARS-CoV-2 pada embrio berbagai model hewan.
Laporan: Redaksi