Jakarta (Indonesia Window) – Menteri Kesehatan Arab Saudi Dr. Tawfiq Al-Rabiah mengatakan jumlah kasus COVID-19 di kerajaan tersebut bisa mencapai antara 10.000 dan 200.000 dalam beberapa peka ke depan.
Dia juga memperingatkan masyarakat yang tidak serius mematuhi petunjuk dan nasihat yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dalam memerangi penyebaran pandemic virus corona, sebut laporan Saudi Gazette yang dikutip di Jakarta, Rabu.
“Biarkan saya berbicara pada Anda dengan semua transparansi, meskipun menyakitkan, bahwa sayangnya, beberapa anggota masyarakat gagal menerapkan slogan ‘Kita semua bertanggung jawab’. Orang-orang ini tidak berurusan dengan epidemi dengan keseriusan atau tidak mematuhi peringatan yang dikeluarkan untuk menghindari percampuran dengan orang-orang dan pertemuan,” katanya.
Kepada Kantor Berita Saudi SPA, Al-Rabiah menekankan bahwa kemungkinan infeksi dalam jumlah besar akan terjadi pada fase berikutnya, tergantung terutama pada kerja sama semua pihak dan komitmen mereka dalam melaksanakan pedoman dan arahan yang dikeluarkan oleh pihak berwenang.
“Di luar prinsip transparansi yang menjadi komitmen kami, saya berbagi dengan Anda hasil dari empat studi berbeda yang dilakukan oleh para ahli Saudi dan internasional dalam bidang epidemi. Studi-studi ini memperkirakan bahwa jumlah kasus virus korona selama beberapa pekan ke depan akan mencapai antara minimal 10.000 dan maksimum 200.000,” katanya.
Menteri Kesehatan menekankan, “Tidak ada keraguan bahwa komitmen kami untuk menetapkan dan melaksanakan instruksi dan prosedur secara keseluruhan telah mengurangi jumlah kasus seminimal mungkin, sedangkan ketidakpatuhan akan menyebabkan peningkatan besar dalam jumlah kasus,” katanya.
Selanjutnya dia menggarisbawahi perlunya mengerahkan upaya dan tindakan yang belum pernah ada sebelumnya untuk memerangi pandemi.
“Terlepas dari penyebaran pandemic ini ke seluruh dunia, kepemimpinan kami telah terbukti sebagai pelopor global dalam mengambil tindakan pencegahan yang ketat sebelum banyak negara di dunia mulai mengambil tindakan pencegahan apa pun,” katanya.
Dia melajutkan, “Mungkin yang paling penting dari langkah-langkah ini adalah keputusan untuk menunda ibadah umrah dan sholat di masjid-masjid serta menghentikan penerbangan domestik dan internasional di samping penangguhan studi dan bekerja di kantor di sektor publik dan swasta.”
Menurut dia, langkah-langkah tersebut bertujuan mengurangi kontak orang menjadi 90 persen.
Laporan: Redaksi