Unjuk rasa digelar di Denmark, protes kunjungan Wapres AS ke Greenland

Vance mengkritik Denmark karena kurang berupaya dalam hal keamanan di Arktik ataupun kesejahteraan rakyat Greenland.
Nuuk, Greenland (Xinhua/Indonesia Window) – Ratusan pengunjuk rasa di Kopenhagen, ibu kota Denmark, dan Kota Aarhus pada Sabtu (29/3) menyuarakan protes keras terhadap pernyataan dan tindakan terbaru pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait Greenland.
Aksi unjuk rasa tersebut digelar sehari setelah Wakil Presiden AS J.D. Vance bersama delegasi AS mengunjungi Pangkalan Antariksa Pituffik di Greenland barat laut, yang sebelumnya dikenal sebagai Pangkalan Thule. Dalam kunjungannya itu, Vance mengkritik Denmark karena kurang berupaya dalam hal keamanan di Arktik ataupun kesejahteraan rakyat Greenland.

Tokoh politik terkemuka Denmark, Mogens Lykketoft, yang merupakan mantan menteri luar negeri sekaligus mantan presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyampaikan pidato di hadapan khalayak di Kopenhagen, menyerukan solidaritas.
“Kita harus memperjuangkan kasus kita di PBB, yang tentu saja mayoritas negara di organisasi itu akan ikut mengutuk agresi Amerika terhadap Greenland, dan kemudian kita harus memohon dukungan langsung dari 70 persen warga Amerika yang menentang pencaplokan Greenland,” tutur Lykketoft.
“Kita tidak boleh menyerah,” imbuhnya. Pernyataan Lykketoft tersebut mengundang tepuk tangan meriah dari masyarakat, yang menanggapi dalam bahasa Greenland dan Denmark dengan meneriakkan “Greenland tidak dijual”.

Di Aarhus, kota terbesar kedua di Denmark, para pengunjuk rasa juga berkumpul di pusat kota tersebut untuk memprotes tindakan AS serta menyuarakan dukungan terhadap wilayah otonom Greenland.
Greenland, yang dulunya merupakan koloni Denmark, menjadi bagian tak terpisahkan dari Kerajaan Denmark pada 1953. Greenland diberi pemerintahan sendiri pada 1979, yang memperluas otonominya, meskipun Denmark tetap memegang kendali atas urusan luar negeri dan pertahanan.
Laporan: Redaksi