Feature – Antarmuka otak-komputer sambut era pengendalian pikiran

Seorang profesor di Rumah Sakit Xuanwu dan anggota tim lainnya terlihat saat melakukan operasi implan otak dalam sebuah uji coba klinis di Beijing, ibu kota China, pada 24 Oktober 2023. (Xinhua/Universitas Tsinghua)

Teknologi antarmuka otak-komputer (brain-computer interface/BCI) noninvasif memanfaatkan gelombang otak pasien, yang memungkinkan pasien penderita stroke secara mental dapat ‘mengendalikan’ angka tambahan.

 

Tianjin, China (Xinhua) – Seorang pasien penderita stroke yang menggunakan penutup elektroda otak (brain electrode cap) berusaha mengangkat botol dari meja menggunakan jari-jarinya dan perangkat ‘jari keenam’ tambahan yang dipasang di pergelangan tangan.

“Coba lagi, fokuskan perhatian Anda, dan lihat apakah Anda bisa mengangkat botol itu,” kata seorang dokter ahli saraf dengan penuh semangat.

Di setiap percobaan, sekali, dua kali, tiga kali, pasien yang tidak dapat menggenggam pena tersebut menyaksikan botol itu perlahan-lahan terangkat dari meja. Ekspresi wajahnya berubah dari yang awalnya menunjukkan keputusasaan menjadi rasa takjub yang luar biasa, dengan perasaan yang memuncak saat air matanya berlinang.

Wang Zhuang, seorang mahasiswa yang sedang menempuh gelar doktor di tahun ketiga bersama anggota tim teknik saraf Universitas Tianjin, dengan saksama mengamati pasien tersebut dan perangkat ‘jari keenam’ di tangannya, sambil dengan cermat mencatat setiap fluktuasi data.

Tim tersebut menciptakan sebuah perangkat inovatif yang dapat dikenakan pada jari, dengan memanfaatkan teknologi antarmuka otak-komputer (brain-computer interface/BCI) noninvasif untuk memanfaatkan gelombang otak pasien, yang memungkinkan pasien penderita stroke secara mental dapat ‘mengendalikan’ angka tambahan.

Selain itu, alat tersebut juga berfungsi untuk merevitalisasi sistem saraf pusat dan periferal pasien yang terganggu, sehingga memfasilitasi rehabilitasi fungsi motorik pada tangan.

BCI, sebuah teknologi yang menandai masa depan, dengan cepat muncul sebagai titik fokus investasi global. Para ilmuwan dan insinyur sangat ingin mengintegrasikan teknologi perintis ini ke dalam bidang praktik medis, yang merangkul era baru dalam kemungkinan terapeutik.

“Stroke merupakan sebuah ancaman yang signifikan bagi kesehatan penduduk negara kita, dan sering kali menyebabkan berbagai tingkat gangguan fisik pada pasien,” ungkap Wang.

“Aspirasi kami adalah untuk memanfaatkan kekuatan teknologi agar dapat memberikan mereka kesempatan yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih lengkap dan memuaskan,” ujarnya.

Pada Januari, tim klinis dari Rumah Sakit Xuanwu di China menanam sebuah prosesor nirkabel ke dalam tengkorak seorang pria yang lumpuh, dan hal ini secara signifikan membantu memulihkan kemampuan motoriknya, termasuk meminum sebotol air secara mandiri.

China meluncurkan pedoman-pedoman untuk mendukung inovasi teknologi, pengembangan industri, dan tata kelola keselamatan industri masa depan, termasuk industri BCI.

Menurut laporan Akademi Teknologi Informasi dan Komunikasi China tentang pengembangan dan penerapan BCI (2023), perawatan medis berperan sebagai ranah aplikasi utama untuk teknologi BCI di China.

Terdapat sekitar 200 perusahaan BCI medis yang beroperasi di China, dengan seperempat di antaranya merupakan perintis di bidang teknologi implan, sementara sisanya didedikasikan untuk pengembangan teknologi nonimplan, menurut laporan tersebut.

Mei Jie, seorang kolega Wang, menemukan potensi tambahan dalam sistem BCI. Setelah enam bulan melakukan upaya khusus, dia berhasil merekayasa drone yang dapat dikendalikan oleh sinyal otak.

“Kami telah mencapai, untuk pertama kalinya, pengendalian drone secara terus-menerus menggunakan otak dalam empat derajat kebebasan (four degrees of freedom),” ungkap Mei. “Teknologi ini memiliki potensi yang luas untuk aplikasi di berbagai bidang, termasuk identifikasi target yang jauh, pengawasan lingkungan secara menyeluruh, dan pemantauan anomali.”

Dalam upaya mengevaluasi dan menyempurnakan kemampuan operasional “drone yang dikendalikan otak”, Mei mendedikasikan upayanya selama tiga bulan penuh untuk melakukan berbagai eksperimen di fasilitas penelitian luar ruangan.

“Penelitian ilmiah mencerminkan proses budi daya tanaman yang menuntut kesabaran dan ketekunan karena hasil kerja keras seseorang tidak dapat langsung dituai, tetapi matang dalam jangka waktu yang lama untuk tumbuh dan berbuah,” tutur Mei.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan