Banner

Sampel Chang’e-5 ungkap bagaimana vulkanisme terjadi di Bulan

Seorang peneliti dari Institut Geologi dan Geofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China (Institute of Geology and Geophysics of the Chinese Academy of Sciences/IGGCAS) menganalisis sampel Bulan yang dibawa pulang oleh misi Chang’e-5 China di Beijing, ibu kota China, pada 14 Oktober 2022. (Xinhua/IGGCAS)

Vulkanisme di Bulan lebih jauh terungkap oleh sejumlah sampel yang dibawa oleh wahana antariksa Chang’e-5 China, menunjukkan aktivitas vulkanis muda berusia 2 miliar tahun, dan ini membantah teori bahwa Bulan secara geologis telah mati setidaknya 3 miliar tahun yang lalu.

 

Beijing, China (Xinhua) – Sebuah tim China menganalisis sampel-sampel Bulan yang dibawa pulang oleh misi Chang’e-5 China dan mengusulkan mekanisme baru tentang bagaimana gunung-gunung berapi muda terbentuk di Bulan yang mendingin 2 miliar tahun silam.

Para ilmuwan sebelumnya berspekulasi bahwa unsur radioaktif atau kandungan air yang tinggi di interior Bulan mungkin mengakibatkan vulkanisme pada tahap akhir kehidupan Bulan. Namun, data Chang’e-5 menemukan daerah sumber mantel Bulan kering dan minim mengandung zat penghasil panas.

Penelitian yang diterbitkan pada Sabtu (22/10) di jurnal Science Advances ini menunjukkan bahwa penurunan titik leleh mantel yang disebabkan oleh komponen-komponen yang mudah meleleh dan melebur dapat menghasilkan vulkanisme Bulan muda.

Para peneliti dari Institut Geologi dan Geofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China (Institute of Geology and Geophysics of the Chinese Academy of Sciences/IGGCAS) mengkaji 27 basalt clast dari Chang’e-5 untuk mengalkulasi unsur asli dari sampel-sampel tersebut.

Mereka menemukan bahwa magma muda sumber Chang’e-5 mungkin memiliki kandungan kalsium oksida dan titanium dioksida yang lebih tinggi daripada magma pada sampel-sampel lebih tua yang dibawa pulang oleh misi Apollo.

Wahana antariksa Chang’e-5 China secara mengejutkan mengungkap aktivitas vulkanis muda, hanya berusia 2 miliar tahun, yang membantah teori bahwa Bulan secara geologis telah mati usai pembentukan sampel Apollo setidaknya 3 miliar tahun yang lalu.

“Pelelehan mantel Bulan baru-baru ini dapat terjadi karena kenaikan suhu atau penurunan titik leleh,” kata penulis korespondensi penelitian itu, Chen Yi, yang juga peneliti di IGGCAS.

Vulkanisme di Bulan
Diagram yang dibuat pada 20 Oktober 2022 ini menunjukkan evolusi termal dan magmatik Bulan. (Xinhua/IGGCAS)

Penelitian ini menunjukkan bahwa cumulate lautan magma Bulan tahap akhir dalam sampel Chang’e-5 kaya akan kalsium dan titanium. Cumulate tersebut lebih mudah meleleh daripada cumulate sebelumnya.

Tim ilmuwan mengusulkan teori bahwa komponen-komponen yang mudah melebur yang ditambahkan ke interior Bulan secara efisien menurunkan titik lebur mantel dan karenanya memicu vulkanisme Bulan muda.

“Kami menemukan bahwa magma Chang’e-5 diproduksi pada kedalaman yang sama, tetapi 80 derajat Celsius lebih dingin daripada magma Apollo yang lebih tua,” kata penulis kepala penelitian ini, Su Bin, yang juga peneliti di IGGCAS.

“Ini berarti mantel Bulan mengalami pendinginan yang lambat dan terus-menerus sebesar 80 derajat Celsius dari sekitar 3 miliar tahun hingga 2 miliar tahun yang lalu,” kata Su.

Penelitian ini menyajikan bukti untuk mekanisme yang layak dalam menjelaskan vulkanisme muda di Bulan yang sesuai dengan sampel Chang-e’5 yang dibawa pulang ke Bumi baru-baru ini, menurut para peneliti.

“Penelitian ini dapat membantu para ilmuwan planet untuk lebih memahami evolusi termal dan magmatik Bulan,” lanjut Chen.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan