Banner

Populasi global ibis jambul tembus 9.000 ekor

Beberapa ekor ibis jambul terlihat di sebuah basis feralisasi ibis jambul di wilayah Ningshan, Provinsi Shaanxi, China barat laut, pada 10 Oktober 2022. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah Ningshan mengerahkan upaya besar-besaran dalam perlindungan ekologi dan pembangunan hijau, dengan tingkat cakupan hutan setempat mencapai 96,24 persen dan populasi ibis jambul, panda raksasa, serta monyet berhidung pesek emas terus bertambah. (Xinhua/Shao Rui)

Spesies ibis jambul dikira telah punah di China sampai tujuh burung ibis jambul liar teramati di wilayah Yangxian, Shaanxi, pada 1981, sebuah penemuan yang memicu penangkaran dan meningkatkan perlindungan terhadap spesies tersebut.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Populasi global burung ibis jambul, salah satu spesies burung langka, meningkat dari tujuh ekor pada 1981 menjadi lebih dari 9.000 ekor saat ini, demikian disampaikan otoritas kehutanan Provinsi Shaanxi, China barat laut, dalam sebuah taklimat pers pada Senin (5/12).

Kawasan habitat spesies tersebut semakin luas, dari di bawah 5 kilometer persegi menjadi sekitar 16.000 kilometer persegi, dan jangkauan distribusi burung langka ini secara bertahap juga meluas ke kawasan historisnya, ungkap Dang Shuangren, direktur biro kehutanan Provinsi Shaanxi.

Ibis jambul, dengan jambul merahnya yang ikonis dan paruh hitamnya yang panjang, di masa lalu tersebar luas di seluruh Asia Timur dan Siberia di Rusia. Spesies ini dikira telah punah di China sampai tujuh burung ibis jambul liar teramati di wilayah Yangxian, Shaanxi, pada 1981, sebuah penemuan yang memicu penangkaran dan meningkatkan perlindungan terhadap spesies tersebut.

Saat ini, sekitar 7.000 ekor ibis jambul tinggal di Shaanxi, kata Dang.

Banner

Sejak 1980-an, Shaanxi mengekspor 14 ekor ibis jambul ke Jepang dan Korea Selatan, serta lebih dari 1.000 ekor ibis jambul telah dibiakkan di kedua negara tersebut. Dengan pelepasan burung itu secara bertahap ke alam liar di Jepang dan Korea Selatan, ibis jambul akan segera muncul kembali di kawasan distribusi historisnya di Asia Timur, sebut Dang.

Diproduksi oleh Xinhua Global Service

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan