Banner

Sidang Majelis Umum PBB ditutup dengan seruan gencatan senjata di Timur Tengah

Presiden Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly/UNGA) Philemon Yang (tengah, dan di layar) menyampaikan pidato penutup dalam Debat Umum sesi ke-79 Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB di New York pada 30 September 2024. (Xinhua/Li Rui)

Piagam PBB menginstruksikan agar negara-negara anggota menyelesaikan perselisihan mereka secara damai, sehingga tidak membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.

 

PBB (Xinhua/Indonesia Window) – Debat Umum sesi ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations General Assembly/UNGA) resmi ditutup pada Senin (30/9) dengan seruan Presiden UNGA Philemon Yang kepada Israel, Hamas, dan Hizbullah untuk segera melakukan gencatan senjata.

Dalam pidato penutupnya, Yang mengatakan bahwa dunia menyaksikan eskalasi kekerasan yang sangat dramatis antara Israel dan Hizbullah di Lebanon dalam beberapa hari terakhir, dan memperingatkan bahwa eskalasi itu dapat memicu perang di seluruh kawasan Timur Tengah.

“Selagi kita berbicara saat ini, perdamaian di Timur Tengah sedang berada di ujung tanduk! Ada ketegangan dan ketidakpastian yang merajalela di kawasan tersebut,” ujarnya.

“Dunia tidak boleh membiarkan perang habis-habisan terjadi di kawasan yang sedang bergejolak ini,” tegas Yang.

Banner
Piagam PBB menginstruksikan
Presiden Majelis Umum PBB Philemon Yang menyampaikan pidato penutup dalam Debat Umum sesi ke-79 Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB di New York pada 30 September 2024. (Xinhua/Li Rui)

Yang menyerukan kepada semua pihak yang memiliki pengaruh terhadap pihak-pihak berkonflik untuk menuntut gencatan senjata segera dan dialog, serta mendesak semua negara yang memasok senjata ke kawasan tersebut untuk menghentikan tindakannya dan “memberikan kesempatan bagi perdamaian.”

Seraya menekankan bahwa negosiasi dan solusi diplomatik harus didahulukan alih-alih penggunaan kekuatan brutal, Yang menegaskan Piagam PBB menginstruksikan agar negara-negara anggota menyelesaikan perselisihan mereka secara damai, sehingga tidak membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.

Pada hari terakhir Debat Umum tersebut, banyak pembicara yang mengecam tindakan militer Israel di Gaza dan Lebanon, dan menyerukan penghentian permusuhan dengan segera.

Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah Bassam Sabbagh mengutuk agresi Israel terhadap rakyat Palestina, dan menekankan “perlunya meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan perang yang dilakukannya.”

Sementara itu, Menlu Nikaragua Valdrack Ludwing Jaentschke Whitaker memperingatkan bahwa dunia saat ini tidak sedang menuju perdamaian. “Kami mengecam dan mengutuk genosida yang telah, sedang, dan akan terus dilakukan oleh pemerintah Israel dan para sekutunya dari negara-negara ‘Dunia Pertama’ terhadap rakyat Palestina dan Lebanon,” ujar Valdrack.

Sebanyak 193 pemimpin menyampaikan pidato dalam Debat Umum yang dimulai pada 24 September tersebut. Di antara mereka termasuk 71 kepala negara, 42 kepala pemerintahan, enam wakil presiden dan putra mahkota, serta delapan wakil perdana menteri.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan