Banner

Pesut mahakam kian tersingkir dari habitat alam

Pesut (Irrawaddy dolphin) di Sungai Mekong. (WWF)

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Organisasi konservasi alam International Union of Conservation Nature and Natural Resources (IUCN) menetapkan pesut mahakam sebagai satwa kritis dan terancam punah (critically endangered species).

Status itu menunjukkan bahwa angka populasi pesut mahakam yang juga disebut Irrawaddy dolphin (Orcaella brevirostris) di alam bebas sudah sulit dipertahankan.

Sesuai dengan namanya, satwa langka ini hidup di Sungai Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur.

Beberapa waktu lalu sejumlah pesut Mahakam muncul di permukaan Sungai Mahakam di sekitar Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kertanegara.

“Para peneliti sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari perubahan tingkah laku pesut mahakam dan pergeseran habitat di Sungai Mahakam,” ujar peneliti mamalia laut di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Sekar Mira, dalam pernyataan yang dikutip dari situs jejaring LIPI.

Banner

Mira menerangkan, kemunculan pesut mahakam di daerah pesisir dan sungai bukan peristiwa yang aneh karena lokasi itu merupakan habitat asli satwa tersebut.

Namun, karena pesut mahakam semakin langka, kemunculannya di permukaan sungai menarik perhatian masyarakat setempat.

Pesut mahakam termasuk dalam ordo Cetacea dan famili Delphinidae.

Saat ini, pesut di sekitar Sungai Mahakam dan pesisir Kalimantan Timur memiliki semacam kelompok.

Selain di Sungai Mahakam, pesut masih bisa dijumpai di perairan sekitar Kalimantan Barat, Jawa, Sumatera dan Papua.

Pesut juga ditemukan di Asia Selatan dan Asia Tenggara, serta di Sungai Ayeyarwady di Myanmar dan Sungai Mekong yang mengalir melewati wilayah China, Vietnam, Thailand, Laos, Cambodia, dan Myanmar.

Banner

Menurut Mira, aktifitas penambangan yang banyak dijumpai di hulu sungai, dimana perahu angkut-muat lalu lalang, telah menyebabkan pergeseran habitat pesut.

“Pergeseran habitat ini menyebabkan perbedaan parameter di perairan dan komposisi mangsa yang tersedia,” tutur dia.

Meningkatnya jumlah limbah di sekitar habitat pesut juga mengancam keselamatan satwa langka ini sehingga populasi mereka terus berkurang.

“Ada pesut yang mati terdampar dan ketika diautopsi ditemukan popok. Popok yang menyerap air, semakin bertambah besar dan akhirnya menyumbat saluran pencernaannya,” kata Mira.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan