Penyakit tak dikenal dengan gejala seperti flu merebak di RD Kongo, dan sejauh ini telah menewaskan lebih dari 70 orang.
Kinshasa, RD Kongo (Xinhua/Indonesia Window) – Republik Demokratik (RD) Kongo dalam kondisi “siaga penuh” atas munculnya penyakit tak dikenal yang telah menewaskan lebih dari 70 orang, demikian disampaikan Menteri Kesehatan Masyarakat RD Kongo Roger Kamba pada Kamis (5/12).
Hasil tes untuk mengonfirmasi karakteristik penyakit ini diperkirakan akan keluar pada Jumat (6/12) atau Sabtu (7/12) ini, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika.
Penyakit yang “masih belum diketahui asal-usulnya” yang dilaporkan di daerah Panzi di Provinsi Kwango, RD Kongo barat daya, ini telah menginfeksi 382 orang sejak Oktober, demikian disampaikan Kamba dalam sebuah konferensi pers.
Orang-orang yang terinfeksi menunjukkan gejala yang “mirip dengan flu,” kata sang menteri, seraya menyebutkan bahwa sekitar 40 persen kasus melibatkan anak-anak.
Kamba mengatakan bahwa 61 persen anak-anak di Kwango menderita kekurangan gizi, yang dapat memperparah dampak penyakit ini.
Sejauh ini, 71 kasus kematian telah dilaporkan, dengan 27 kasus di antaranya di fasilitas kesehatan dan 44 lainnya di komunitas setempat, ujarnya, seraya menambahkan bahwa sekitar 300 orang telah dinyatakan sembuh.
“Kami dalam kondisi siaga penuh. Kami menganggap ini adalah tingkat epidemi yang harus kami pantau secara maksimal,” tutur Kamba.
“Kami tidak tahu apakah kami menghadapi penyakit virus atau penyakit bakteri,” jelas Dieudonne Mwamba, direktur jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Nasional RD Kongo dalam konferensi pers daring oleh CDC Afrika pada Kamis.
“Kami bahkan tidak tahu cara penularannya,” ujar Jean Kaseya, direktur CDC Afrika dalam konferensi pers daring (online), seraya menyebutkan bahwa hasil untuk mengonfirmasi karakteristik penyakit ini diperkirakan akan keluar pada Jumat atau Sabtu ini.
Tim intervensi khusus telah dikirim ke lapangan untuk mengidentifikasi sifat penyakit ini, kata Kamba. “Kami masih menunggu hasil pertama” untuk menentukan penyebab dan pengobatannya, tambahnya.
“Kami berpendapat kurang lebih ini adalah masalah pernapasan,” ujar menteri RD Kongo itu.
Kemunculan penyakit ini berbarengan dengan flu musiman yang berlangsung dari Oktober hingga Maret dan mencapai puncaknya pada Desember, tambahnya.
Berbicara mengenai hipotesis COVID-19, Kamba mengatakan angka kematian yang dilaporkan di Kwango, sekitar 7,8 persen, tidak sesuai dengan profil COVID-19, “tetapi kami tetap berhati-hati dalam melakukan analisis.”
“Ini adalah hipotesis yang menunggu hasil pengambilan sampel,” ungkap Kamba, seraya menambahkan bahwa upaya-upaya tersebut terhambat oleh kondisi medis dan logistik yang buruk di lapangan.
Laporan: Redaksi