Pengembangan senyawa radioprotektif untuk terapi kanker menggunakan bahan alami buatan dalam negeri mencakup mangostin (terkandung dalam manggis), kurkumin (terkandung dalam kunyit), dan piperin (terkandung dalam lada) sebagai agen radioprotektif.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka dan Biodosimetri (PRTRRB) melakukan pengembangan senyawa radioprotektif menggunakan bahan alami buatan dalam negeri untuk terapi kanker.
Peneliti PRTRRB BRIN Isti Daruwati mengatakan, pengembangan radioprotektor secara kimia maupun alami sudah banyak dikembangkan dan dikonsumsi, di antaranya anggur, vitamin, dan bahan lain yang berasal dari bakteri.
“Namun, mekanisme kerjanya masih harus dipelajari lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana memproteksi sel sehat dalam tubuh manusia, khususnya akibat paparan radiasi internal,” katanya, di Bandung, Jawa Barat, Senin (15/7), dikutip dari laman BRIN.
Isti menjelaskan, riset senyawa radioprotektif bertujuan untuk melihat lebih lanjut mekanisme radioprotektif dari bahan alam dalam perbaikan kerusakan DNA, pemusnahan radikal bebas, antiperadangan, dan mengatur jalur sinyal.
“Pengembangan ini dilakukan guna mencari kandidat baru dari isolat bahan alam sebagai kandidat radioprotektor yang akan digunakan dalam memproteksi sel, kaitannya dengan radiasi internal penggunaan Samarium-153-EDTMP (Ethylene Diamine Tetra Methylene Phosphonat),” jelas Isti.
Riset ini diharapkan dapat memanfaatkan bahan alam Indonesia, antara lain mangostin (terkandung dalam manggis), kurkumin (terkandung dalam kunyit), dan piperin (terkandung dalam lada) sebagai agen radioprotektif. Dengan langkah ini maka kemandirian bahan baku obat dan produk radiofarmaka baru, Sm-153-EDTMP, buatan dalam negeri dapat tercapai.
“Riset ini diharapkan dapat dihilirisasi sampai uji praklinis dan klinis agar berperan dalam mengatasi tingginya kasus kanker di Indonesia,” harapnya.
Lebih lanjut Isti menguraikan, penelitian ini dimulai dari penyiapan isolat alfa mangostin, kurkumin, dan piperin. Lalu penyiapan kit kering radiofarmaka EDTMP, penandaan kit EDTMP dengan Samarium-153, dan kontrol kualitas Sm-153-EDTMP.
Langkah selanjutnya adalah uji fisikokimia Sm-153-EDTMP, evaluasi aktivitas radioprotektif dan radiosensitizer kombinasi isolat pada sel terhadap paparan radiasi interna dari Sm-153-EDTMP, estimasi dosis internal radiasi pada organ normal pemberian Sm-153-EDTMP, serta uji in silico.
Riset ini diharapkan melahirkan hak kekayaan intelektual dan publikasi, sampai di tahap hilirisasi.
Laporan: Redaksi