Jakarta (Indonesia Window) –Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak yang makan berlebihan mungkin memiliki kelainan di daerah otak yang terkait dengan penghargaan dan penghambatan.
Mereka yang mengalami gangguan ini berisiko lebih tinggi mengalami obesitas, sindrom metabolik, masalah jantung, dan pikiran untuk bunuh diri.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis pemindaian otak dan data lain dari 71 anak-anak AS dengan gangguan makan berlebihan dan 74 anak-anak tanpa gangguan tersebut. Anak-anak itu berusia antara 9 dan 10 tahun.
“Pada anak-anak dengan gangguan makan berlebihan, kami melihat kelainan dalam perkembangan otak di daerah yang secara khusus terkait dengan penghargaan dan impulsif, atau kemampuan untuk menghambat penghargaan,” kata penulis studi Stuart Murray, Direktur Program Gangguan Makan di University of Southern California, Sekolah Kedokteran Keck, di Los Angeles.
“Anak-anak ini memiliki kepekaan penghargaan yang sangat, sangat tinggi, terutama terhadap makanan padat kalori dan tinggi gula. Temuan ini menggarisbawahi fakta bahwa ini (gangguan makan berlebihan) bukan karena kurangnya disiplin untuk anak-anak ini,” kata Murray dalam rilis berita universitas.
Studi ini diterbitkan dalam jurnal Psychiatry Research edisi April 2022.
“Penelitian ini menunjukkan kepada saya bahwa gangguan makan berlebihan sudah tertanam di otak, bahkan sejak usia yang sangat, sangat dini,” kata Murray.
“Pertanyaan yang kami tidak tahu, yang akan kami bahas pada waktunya, adalah apakah pengobatan yang berhasil untuk gangguan makan berlebihan pada anak-anak membantu memperbaiki perkembangan otak,” katanya. “Prognosis (perkiraan) hampir semua penyakit kejiwaan lebih baik jika Anda bisa mengobatinya di masa kanak-kanak.”
Pengobatan berusaha untuk mengurangi seberapa sering pasien mengalami episode makan-makan dengan menghilangkan “makanan pemicu”, dan mengatasi depresi atau kecemasan yang mendasarinya, tetapi perawatan dengan pengobatan dan terapi bicara hanya efektif sekitar separuh waktu, tambah Murray.
Sumber: HealthDay
Laporan: Redaksi