Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di Miaoli harus menjalani dua kali operasi, setelah kakinya digigit ular kobra beracun.
Taipei, Taiwan (CNA/Indonesia Window) – Genap satu bulan lebih seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Miaoli harus menanggung sakit setelah kakinya digigit ular kobra beracun.
Aya (36), yang bekerja sebagai perawat orangtua ini, memberi tahu CNA bahwa dia telah menyelesaikan operasi keduanya pada hari Kamis (3/10) dan hingga hari ini masih dirawat di rumah sakit.
Sebelumnya, Aya yang bekerja di sektor rumah tangga dikabarkan mengalami kecelakaan kerja pada pukul 11.30, Jumat (6/9), di rumah majikannya saat memasak, saat kaki kirinya digigit ular dan mengalami pembengkakan.
Aya mengatakan dirinya sebagai perawat orangtua yang kini masa kerjanya genap selama lima bulan. Beruntungnya, dia mendapat majikan yang sangat baik, ujar Aya kepada CNA.
Setelah operasi yang pertama dan dirawat di rumah sakit Da Chien Health Medical System hampir satu bulan lamanya, Aya sempat diperbolehkan keluar untuk menjalani rawat jalan, dan setiap dua hari sekali harus melakukan pemeriksaan berkala ke rumah sakit.
Saat ditanya dengan siapa dia pergi ke rumah sakit, Aya menuturkan majikan yang menemaninya, sedangkan sang nenek tinggal di rumah.
“Kalau checkup (pemeriksaan berkala) hanya memakan waktu satu jam, tidak lama, jadi nenek bisa ditinggal sendirian di rumah, aman kok,” tutur Aya.
Dokter memutuskan Aya harus melakukan operasi kedua dikarenakan operasi yang pertama tidak cukup untuk membersihkan sisa-sisa racun yang masih menempel di daging kakinya.
“Dokter bilang, operasi yang kedua untuk membuang daging yang terkena racun. Jadi kalau saya lihat setelah dioperasi itu penampakan kaki saya berlubang besar,” tambahnya.
Saat dihubungi CNA lewat sambungan telepon genggamnya pada Selasa (15/10) sore waktu setempat, Aya mengatakan bahwa baru saja dokter menjahit lukanya yang baru selesai dioperasi pada Kamis pekan lalu.
“Setelah dioperasi, lukanya belum dijahit dokter karena harus pemulihan dulu, baru sore ini selesai dijahit. Ya Allah, sakitnya minta ampun,” ujar Aya.
Dokter juga mengatakan bahwa jika keadaan Aya membaik, dia bisa kembali pulang pada Kamis (17/10) dan tetap harus melakukan pemeriksaan berkala setiap dua hari sekali ke rumah sakit.
Aya menerangkan bahwa kondisinya masih belum bisa bergerak cepat, dan harus memakai tongkat saat berjalan. Majikan memanggil kanhu (perawat pengganti) orang Taiwan untuk memandikan nenek karena Aya belum bisa melakukan hal tersebut.
“Tugas saya sekarang cuma jaga nenek, masak untuk berdua, tetapi tidak bisa membawa nenek jalan-jalan keluar. Ketika nenek mau kamar mandi untuk buang air kecil, saya membantu nenek berjalan dengan tongkat, dan nenek juga membawa tongkat. Jadi ini seperti orang sakit memandu orang sakit,” ujar Aya tertawa lepas.
“Alhamdulilah, selain majikan baik, nenek yang dijaga juga tidak rewel, jadi saat bekerja sehari-hari tidak ada kendala,” tambah Aya, seraya menambahkan bahwa majikannya sangat baik.
Menurut dia, gajinya tak pernah dipotong selama dirawat di rumah sakit, dan semua biaya perawatan juga sudah ditanggung National Health Insurance (NHI). Majikan Aya hanya membayar biaya-biaya lain yang di luar tanggungan NHI.
Aya juga menuturkan bahwa selama dirawat di rumah sakit, baik pada operasi pertama maupun operasi kedua, banyak rekan-rekan PMI lainnya yang datang menjenguk.
“Alhamdulilah saya terharu sekali dengan persaudaraan teman-teman PMI di sini. Banyak yang jaga nenek dan kakek yang dirawat di rumah sakit yang sama. mereka juga sempat menjenguk saya sebentar dan membelikan sarapan,” ujar Aya.
Laporan: Redaksi