Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Selasa pagi, mendapatkan kembali sebagian penurunan tajam sesi sebelumnya, di tengah kekhawatiran atas kemungkinan gangguan pasokan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent naik 48 sen,atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 86,75 dolar AS per barel pada pukul 01.16 GMT, membalikkan penurunan 1,8 di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 34 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 83,65 dolar AS per barel, setelah anjlok 2,2 persen pada Senin (24/1).
Harga minyak mencapai tertinggi tujuh tahun pekan lalu, didukung oleh pasokan dunia yang ketat dan permintaan global bangkit kembali.
“Nada pasar tetap kuat, didukung oleh meningkatnya risiko geopolitik,” kata Chiyoki Chen, kepala analis di Sunward Trading.
“Kami melihat aksi ambil untung pada Senin (24/1) ketika harga bergerak lebih tinggi dan ketika Wall Street sementara tenggelam di tengah kekhawatiran atas kebijakan Federal Reserve AS untuk mengurangi stimulus ekonomi, tetapi selera beli untuk minyak tetap solid,” katanya.
Hari yang penuh gejolak di Wall Street melihat saham berakhir lebih tinggi setelah membukukan kerugian besar pada lebih separuh hari perdagangan, karena ketidakpastian atas meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan Fed mendorong aset safe haven (investasi yang nilainya meningkat).
Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan pada Senin (24/1) bahwa pihaknya menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur, dalam apa yang dikecam Rusia sebagai “histeria” Barat sebagai tanggapan atas penumpukan pasukannya di perbatasan Ukraina.
Di Timur Tengah, gerakan Houthi Yaman, yang bersekutu dengan Iran, meluncurkan serangan rudal di Uni Emirat Arab pada Senin (24/1) yang menargetkan pangkalan yang menampung militer AS, tetapi digagalkan oleh pencegat Patriot buatan AS, kata pejabat AS dan Emirat.
Sementara itu, persediaan minyak AS yang lebih rendah juga memberikan dukungan, dengan persediaan minyak mentah di sekitar titik pengiriman WTI di Cushing di Oklahoma pada level terendah untuk sepanjang tahun ini sejak 2012.
Investor portofolio menambah posisi bullish mereka dalam minyak untuk pekan kelima berturut-turut, ketika gelombang terburuk dari infeksi virus corona berlalu dan pemerintah mulai mencabut pembatasan bisnis dan perjalanan.
Laporan: Redaksi