Budi daya asafetida, yang umum dikenal sebagai ‘Hing’, dapat menjadi pengganti tanaman opium (opium poppy) yang layak dan menguntungkan di Afghanistan.
Kabul, Afghanistan (Xinhua/Indonesia Window) – Bekerja menggarap lahan bersama lebih dari 20-an pekerja harian di Distrik Bagram, 50 kilometer sebelah utara Kabul, ibu kota Afghanistan, Safiullah Rohani yakin budi daya asafetida, yang umum dikenal sebagai ‘Hing’, dapat menjadi pengganti tanaman opium (opium poppy) yang layak dan menguntungkan di negara yang sempat menjadi penghasil opium tersebut.
“Hing (asafetida) merupakan pengganti terbaik untuk opium di Afghanistan. Tanaman itu lebih menguntungkan dan menghasilkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan opium,” ungkap Rohani kepada Xinhua di lahan pertanian miliknya belum lama ini.
Afghanistan sangat menderita akibat budi daya opium yang tidak terkendali dan peningkatan jumlah pecandu narkoba hingga sekitar 4 juta orang selama 20 tahun kehadiran militer pimpinan Amerika Serikat (AS) yang berakhir pada Agustus 2021.
Budi daya opium yang diikuti dengan perdagangan narkoba mengalami peningkatan setelah terjadinya invasi yang dipimpin oleh AS pada Oktober 2001. Pada 2021, Afghanistan dilaporkan memproduksi lebih dari 90 persen suplai heroin dunia.
Namun, budi daya opium mengalami penurunan drastis sejak penarikan tentara asing dan pengambilalihan kekuasaan oleh pemerintahan sementara Afghanistan pada Agustus 2021. Budi daya tanaman itu anjlok 95 persen pada 2023 menyusul larangan yang diberlakukan oleh pemerintahan sementara negara tersebut pada 2022.
Meski laporan terbaru dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Narkoba dan Kejahatan (United Nations Office on Drugs and Crime/UNODC) menyebutkan penanaman opium meningkat 19 persen pada 2024, pemerintahan sementara Afghanistan menegaskan kembali komitmennya untuk memberantas narkoba.
Pemerintahan sementara Afghanistan terus meminta bantuan internasional untuk memberikan alternatif yang berkelanjutan bagi para petani selain menanam opium.
Kembali ke penanaman asafetida juga menciptakan peluang kerja bagi masyarakat Afghanistan mengingat banyak kaum muda bekerja di lahan pertanian untuk menanam benih yang berharga tersebut.
“Kami telah menginvestasikan dan membudidayakan asafetida di lahan seluas lebih dari 100 ekar (sekitar 40 hektare) di Mazar-i-Sharif dan 30 ekar (sekitar 12 hektare) lahan di sini di Parwan, dan sekitar 100 hingga 200 orang bekerja untuk kami,” urai Rohani, managing director di Rohani Company, perusahaan setempat yang berinvestasi dalam pertanian asafetida.
Setiap pekerja harian menerima upah 500 afghani atau sekitar 7,1 dolar AS, termasuk 150 afghani untuk makan siang per hari, tutur Rohani. Menyebut bisnisnya sangat menguntungkan, dia memaparkan bahwa dirinya menginvestasikan 100.000 afghani atau sekitar 1.429 dolar AS dalam sebuah pertanian asafetida dan akan meraup 1 juta afghani atau sekitar 14.286 dolar AS setelah dua tahun.
Banyak digunakan dalam pembuatan obat-obatan baik di dalam maupun luar negeri, terutama di India, penanaman asafetida mencatat peningkatan stabil di Afghanistan dalam satu dekade terakhir. Namun, Rohani mengeluhkan bahwa hubungan dagang yang lemah, sanksi terhadap sistem perbankan Afghanistan, dan tidak adanya koridor perdagangan udara telah menghambat ekspor tanaman yang berharga ini.
Kendati demikian, Rohani menyatakan optimismenya perihal ekspor ke China di masa mendatang, sembari mengatakan bahwa dirinya telah mengirim sampel asafetida ke negara tetangga tersebut dan berharap dapat mengekspor produknya ke China dalam waktu dekat.
Zainudin, manajer pekerja harian di pertanian asafetida tersebut, menekankan berbagai manfaat dari budi daya asafetida. “Ini merupakan pekerjaan yang baik, mengingat pertanian asafetida jauh lebih menguntungkan dari budi daya opium, yang hanya mendatangkan kerugian,” ujarnya.
Seiring Afghanistan berupaya melakukan transisi dari sejarah produksi opiumnya yang problematis, tanaman-tanaman seperti asafetida menawarkan harapan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan makmur.
*1 afghani = 229 rupiah
**1 dolar AS = 15.861 rupiah
Laporan: Redaksi