Kilang logam tanah jarang gabungan pertama milik Australia akan dibangun di lokasi sejauh 120 kilometer di sebelah utara Alice Springs di pedalaman Wilayah Utara (Northern Territory/NT).
Canberra, Australia (Xinhua) – Pemerintah federal Australia telah berkomitmen mengalokasikan dana untuk membangun tambang dan kilang logam tanah jarang gabungan pertamanya di Wilayah Utara (Northern Territory/NT).
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Kamis (14/3) mengumumkan bahwa pemerintah federal akan menginvestasikan dana hingga 840 juta dolar Australia atau sekitar 556 juta dolar AS dalam proyek tersebut, yang akan dioperasikan oleh Arafura Rare Earths, perusahaan eksplorasi mineral setempat.
Dalam sebuah pernyataan bersama dengan Kepala Menteri NT Eva Lawler, Menteri Perdagangan Federal Australia Don Farrell dan Menteri Sumber Daya Australia Madeleine King, Albanese menyampaikan bahwa kilang itu akan menempatkan Australia sebagai pemimpin global dalam produksi logam tanah jarang dan mineral kritis yang beretika dan berkelanjutan.
“Pemerintahan saya berfokus pada masa depan yang diciptakan di Australia, dan proyek ini merupakan bagian penting dari rencana itu,” ujar Albanese.
Dimanfaatkan untuk membuat magnet yang kuat, logam tanah jarang merupakan komponen penting dalam pembuatan perangkat elektronik pribadi, robotika, mesin kendaraan listrik dan turbin angin.
Fasilitas baru itu akan dibangun di lokasi sejauh 120 kilometer di sebelah utara Alice Springs di pedalaman NT dan menciptakan lebih dari 300 lapangan kerja.
King mengatakan bahwa mineral kritis dan logam tanah jarang akan menjadi hal yang krusial bagi deretan teknologi yang baru muncul atau sedang berkembang pesat (emerging technology) yang akan membantu menurunkan emisi global.
“Untuk mewujudkan target net-zero kami, kami akan memerlukan lebih banyak pertambangan, bukan lebih sedikit, untuk membangun panel surya, baterai, dan ladang angin yang kami butuhkan untuk mengurangi emisi,” urainya.
Pemerintah Australia pada Januari lalu mengumumkan pendanaan senilai 22 juta dolar Australia atau sekitar 14,5 juta dolar AS untuk penelitian logam tanah jarang dan mineral kritis guna mendukung targetnya untuk menjadi pemasok energi bersih global.
*1 dolar Australia = 10.316 rupiah
**1 dolar AS = 15.582 rupiah
Laporan: Redaksi