Israel mengintensifkan serangan udara di seluruh Suriah dan melakukan operasi darat yang signifikan, menargetkan infrastruktur militer penting setelah runtuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Damaskus, Suriah (Xinhua/Indonesia Window) – Israel mengintensifkan serangan udara di seluruh Suriah dan melakukan operasi darat yang signifikan, menargetkan infrastruktur militer penting setelah runtuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, demikian menurut sebuah organisasi pemantau perang pada Selasa (10/12).
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory for Human Rights/SOHR) yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa unit-unit lapis baja Israel ditempatkan sekitar 25 kilometer dari Damaskus pada Selasa pagi waktu setempat. Namun, seorang juru bicara militer Israel membantah adanya pergerakan pasukan di luar zona demiliterisasi.
“Sejumlah laporan yang beredar di media tentang dugaan pergerakan tank Israel menuju Damaskus adalah keliru. Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) tetap ditempatkan di dalam zona penyangga, seperti yang dinyatakan sebelumnya,” kata seorang pejabat IDF.
Rami Abdul-Rahman, direktur SOHR, menyesalkan penghancuran aset-aset militer Suriah. “Sangat menyedihkan melihat sumber daya militer Suriah dihancurkan, membuat wilayah Suriah tidak memiliki pertahanan,” tuturnya.
SOHR mendokumentasikan setidaknya 310 serangan udara Israel dalam beberapa hari terakhir, yang menargetkan sejumlah instalasi militer yang terkait dengan militer Suriah yang kini sudah tidak aktif. Serangan-serangan itu menghantam lapangan terbang, depot senjata, dan lokasi-lokasi strategis, termasuk sejumlah area di dekat Damaskus, Salamiyah di Provinsi Hama, dan pegunungan Qalamoun.
Israel mengonfirmasi pihaknya telah melancarkan serangan besar-besaran di seluruh Suriah pada Senin (9/12) saat pasukan oposisi menyatakan menguasai Damaskus setelah penggulingan Assad. Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa peristiwa ini mengubah Timur Tengah, seraya menganggap tindakan-tindakan Israel terhadap Hizbullah, Hamas, dan Iran sebagai pemicu tumbangnya Assad.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar pada Senin mengatakan bahwa serangan-serangan itu bertujuan untuk menetralkan fasilitas senjata dan kimia, mencegah fasilitas-fasilitas tersebut dikuasai oleh faksi pemberontak. “Kami memastikan kapabilitas-kapabilitas tersebut tidak jatuh ke tangan yang salah,” ungkap Sa’ar dalam sebuah konferensi pers.
Sementara itu, Komando Umum pejuang oposisi di Damaskus membantah laporan tentang serangan Israel atau perjanjian rahasia dengan oposisi Suriah. Dalam sebuah pernyataan, pihaknya menekankan integritas teritorial Suriah dan berjanji menegakkannya di bawah pemerintahan baru sesuai dengan hukum internasional.
Tindakan Israel baru-baru ini sejalan dengan tujuan jangka panjangnya untuk mencegah pengaruh Iran di Suriah. Para analis berpendapat serangan tersebut bertujuan melenyapkan ancaman yang masih ada, termasuk sistem persenjataan canggih dan milisi yang terkait dengan rezim Assad.
Serangan tersebut menuai kecaman dari negara-negara regional, termasuk Iran, Irak, Turkiye, dan Arab Saudi, dan komunitas internasional menyerukan agar menghormati kedaulatan Suriah.
Konflik Suriah yang kompleks, ditandai dengan perang saudara dan intervensi asing, telah memasuki babak baru dengan tergulingnya Assad secara tidak terduga. Israel, yang konsisten menentang kehadiran Iran di Suriah, tampaknya berupaya menghilangkan potensi ancaman selama masa transisi ini.
Laporan: Redaksi