Banner

Utusan PBB: Dunia ‘kehabisan’ kesabaran dengan Taliban

Anak-anak Afghanistan mengikuti kelas gratis yang diadakan oleh seorang guru muda setempat di Provinsi Kandahar, Afghanistan, pada 13 September 2022. (Xinhua/Argand)

Taliban dinilai tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mengizinkan pendidikan bagi anak perempuan dan misteri masih menyelimuti tentang hubungannya dengan Al-Qaida.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Dunia kehilangan kesabaran dengan Taliban, kata seorang utusan PBB kepada Dewan Keamanan pada Selasa (27/9), karena kelompok ini dinilai tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mengizinkan pendidikan bagi anak perempuan dan misteri masih menyelimuti tentang  hubungannya dengan Al-Qaida.

Markus Potzel, wakil perwakilan PBB di Afghanistan, mengatakan kepada dewan bahwa sementara ada beberapa perkembangan positif sejak Taliban mengambil alih kekuasaan tahun lalu, “mereka terlalu sedikit dan terlalu lambat dan sebanding dengan yang (hal-hal) negatif.”

“Saya khawatir kesabaran banyak orang di komunitas internasional akan habis untuk strategi keterlibatan dengan Taliban Afghanistan,” katanya.

Hak pendidikan anak perempuan
Anak-anak Afghanistan mengikuti kelas gratis yang diadakan oleh seorang guru muda setempat di Provinsi Kandahar, Afghanistan, pada 13 September 2022. (Xinhua/Argand)

Potzel berbicara ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mencatat bahwa Taliban telah “ambigu sejauh mana mereka ingin terlibat secara eksternal, tidak ada pengakuan formal dan didasarkan pada interpretasi mereka tentang syariah.”

Dalam laporan triwulanannya yang dirilis Selasa (27/9), Guterres juga mengatakan dia yakin pembunuhan AS tahun ini terhadap pemimpin Al-Qaida Ayman Al-Zawahiri oleh serangan pesawat tak berawak di Kabul “mengemukakan hubungan yang berkelanjutan antara kelompok teroris dan Taliban, yang akan bertentangan terhadap komitmen kontraterorisme yang terakhir.”

Laporan tersebut juga mengecam “pembatasan berat” yang masih diberlakukan pada hak-hak perempuan dan anak perempuan, termasuk hak pendidikan anak perempuan yang melarang mereka mengenyam pendidikan menengah.

Dalam sebuah pernyataan bersama yang berfokus pada pendidikan anak perempuan, 10 anggota tidak tetap Dewan Keamanan dan lima negara yang akan duduk di dewan tahun depan meminta Taliban untuk “segera membalikkan keputusan ini.”

“Masyarakat internasional belum dan tidak akan melupakan perempuan dan anak perempuan Afghanistan,” kata mereka.

Namun seorang utusan menyatakan ada oposisi dari setidaknya salah satu anggota tetap Dewan Keamanan, yang memiliki hak veto.

“Kami telah bekerja keras untuk mendapatkan pernyataan dari seluruh dewan, tetapi kami tidak bisa,” kata Duta Besar Norwegia Mona Juul kepada wartawan.

Menurut sumber diplomatik, China dan Rusia menentang pernyataan bersama yang tidak memasukkan permintaan pembebasan aset Afghanistan yang dibekukan sejak Taliban kembali berkuasa.

Selama pertemuan tersebut, Duta Besar China Geng Shuang, menekankan perlunya memastikan hak anak perempuan, mengatakan bahwa aset yang dibekukan di luar negeri “harus digunakan secepatnya untuk peningkatan kehidupan Afghanistan dan rekonstruksi ekonomi.”

Sumber: AFP

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan