Banner

AS-China sepakat bentuk kelompok kerja tingkatkan aksi iklim

Suasana hari terakhir KTT iklim PBB COP26 di Glasgow, Inggris pada Sabtu (13/11/2021). (The United Nations/YouTube/tangkapan layar)

Jakarta (Indonesia Window) – Penghasil emisi karbon nomor satu dan dua di dunia, China dan Amerika Serikat, telah bersepakat untuk membentuk kelompok kerja guna meningkatkan aksi penanganan perubahan iklim dekade ini.

Di akhir KTT iklim PBB di Glasgow, Inggris pada Sabtu malam (13/11) waktu setempat, kedua negara yang saling bersaing meraih hegemoni global tersebut, sepakat akan mempromosikan kerja sama perubahan iklim serta proses multilateral.

Pada hari-hari terakhir konferensi, China dan Amerika Serikat mengeluarkan deklarasi bersama tentang peningkatan tindakan terhadap perubahan iklim di tahun 2020-an, yang disambut secara luas dan diyakini akan menggembleng tindakan kolektif global.

Hampir 200 negara peserta mengadopsi Pakta Iklim Glasgow pada akhir sesi ke-26 Conference of Parties (COP26) tentang perubahan iklim.

Beberapa kemajuan yang menggembirakan telah dibuat. Kesepakatan akhirnya tercapai pada Pasal 6 Perjanjian Paris, yang berkaitan dengan mekanisme pasar karbon, membuka jalan bagi implementasi yang efektif dari kesepakatan Paris untuk mengurangi emisi melalui pendekatan berbasis pasar.

Para negosiator juga setuju untuk mengurangi batu bara, yang merupakan sumber emisi karbon dioksida yang dominan dalam proses pembangkitan listrik. Batu bara sebagai bahan bakar fosil untuk pertama kali disebut secara eksplisit dalam perjanjian COP.

Selain itu, lebih dari 100 negara telah berjanji untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030.

Namun, ketika COP26 selesai, beberapa masalah yang membandel, terutama pendanaan iklim, tetap tidak pasti.

Ada komitmen untuk secara signifikan meningkatkan dukungan keuangan melalui Dana Adaptasi karena negara-negara maju didesak untuk menggandakan dukungan mereka kepada negara-negara berkembang pada tahun 2025.

Namun, masih harus dilihat apakah negara maju, yang bertanggung jawab atas sebagian besar dampak perubahan iklim saat ini, akan mengindahkan kerangka waktu yang ditetapkan.

Pada tahun 2009, negara-negara kaya menjanjikan 100 miliar dolar AS per tahun untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah pada tahun 2020. Namun, mereka masih belum memenuhi janji tersebut dan laporan terbaru menunjukkan bahwa tujuan ini dapat merosot hingga 2023.

COP26, yang dimulai pada 31 Oktober dengan perpanjangan satu hari hingga 13 November, adalah konferensi perubahan iklim pertama setelah siklus tinjauan lima tahun berdasarkan Paris Agreement yang ditandatangani pada 2015.

Kota Sharm El Sheikh di Mesir akan menjadi tuan rumah COP27 pada 2022.

Sumber: shine.cn

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan