Banner

Menlu Australia peringatkan tanpa solusi dua negara, tak akan ada lagi Palestina untuk diakui

Puluhan ribu warga Australia pada Ahad (3/8/2025) berbaris melintasi Harbor Bridge yang ikonis di Sydney, Australia, untuk memprotes perang dan kelaparan yang sedang berlangsung di Gaza. (Xinhua)

Aksi unjuk rasa besar-besaran pro-Palestina di Sydney Harbor Bridge mencerminkan bahwa warga Australia merasa “sangat prihatin” dengan situasi kemanusiaan di Gaza.

 

Canberra, Australia (Xinhua/Indonesia Window) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Penny Wong pada Selasa (5/8) menyampaikan bahwa terdapat risiko tidak akan ada lagi Palestina “yang tersisa untuk diakui” kecuali masyarakat internasional menciptakan jalur menuju solusi dua negara.

Berbicara kepada stasiun radio Australian Broadcasting Corporation (ABC), Wong menegaskan kembali pernyataan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers sebelumnya bahwa ini adalah soal “kapan, bukan apakah” Australia akan melangkah untuk secara resmi mengakui Negara Palestina.

“Terdapat risiko tidak akan ada lagi Palestina yang tersisa untuk diakui jika masyarakat internasional tidak melangkah untuk menciptakan jalur menuju solusi dua negara,” ujarnya.

Wong menuturkan bahwa aksi unjuk rasa besar-besaran pro-Palestina di Sydney Harbor Bridge pada Ahad (3/8) mencerminkan bahwa warga Australia merasa “sangat prihatin” dengan situasi kemanusiaan di Gaza, sembari menegaskan kembali kritik pemerintah federal Australia terhadap Israel yang menahan penyaluran bantuan.

Banner

Komentar Wong tersebut dilontarkan saat Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengonfirmasi bahwa dirinya telah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas semalam.

Menurut ABC, ini pertama kalinya kedua pemimpin negara tersebut melakukan pembicaraan resmi sejak November 2023.

Kantor Perdana Menteri Australia menyampaikan bahwa Albanese menegaskan kembali komitmen Australia pada solusi dua negara.

Asisten Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Australia Matt Thistlethwaite pada Senin (4/8) mengatakan bahwa Albanese telah mengajukan permintaan untuk melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan