Banner

PBB peringatkan 2023 catat banyak korban jiwa dari pekerja bantuan kemanusiaan

Xu Zhangwei (kedua dari kiri, tengah), pemimpin tim medis China, mengunjungi Twic East County di Negara Bagian Jonglei, Sudan Selatan, pada 28 Juni 2023. (Xinhua/Denis Elamu)

Pekerja bantuan kemanusiaan menghadapi ancaman kematian yang besar saat bertugas, tercatat 62 petugas tewas sejauh ini dalam sejumlah krisis di seluruh dunia, dengan 84 orang luka-luka dan 34 orang diculik.

 

PBB (Xinhua) – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (17/8) memperingatkan bahwa 2023 akan kembali mencatatkan tingginya jumlah korban tewas dan cedera di kalangan petugas misi kemanusiaan akibat konflik dan kerawanan di sejumlah negara, seperti Sudan Selatan.

Sejauh tahun ini, tercatat 62 pekerja bantuan kemanusiaan tewas dalam sejumlah krisis di seluruh dunia, dengan 84 orang luka-luka dan 34 orang diculik, ungkap Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA), mengutip data sementara dari tim peneliti Basis Data Keamanan Pekerja Bantuan Kemanusiaan di lembaga konsultan Humanitarian Outcomes.

Sudan Selatan menempati peringkat tertinggi dalam hal kerawanan bagi pekerja bantuan kemanusiaan dalam beberapa tahun berturut-turut, lanjut OCHA, seraya mencatat bahwa hingga Rabu (16/8), sebanyak 40 serangan terhadap petugas bantuan kemanusiaan dan 22 korban jiwa telah dilaporkan.

Sudan berada di urutan kedua, dengan 17 serangan terhadap petugas yang tengah menjalankan misi kemanusiaan dan 19 korban jiwa dilaporkan sejauh tahun ini.

Banner
Pekerja bantuan kemanusiaan
Sejumlah orang terlihat di Afanasiyivka, wilayah Mykolaiv, pada 12 Juni 2023. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kakhovka jebol pada 6 Juni lalu, menyebabkan penurunan permukaan air bendungan dan banjir besar di kawasan sekitarnya. (Xinhua/Peter Druk)

Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, negara lain yang juga melaporkan kematian petugas misi kemanusiaan adalah Republik Afrika Tengah, Mali, Somalia, dan Ukraina.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan