Jakarta (Indonesia Window) – Dalam tiga dekade terakhir pembangunan di sektor industri, perdagangan, transportasi, permukiman, serta infrastruktur mengalami peningkatan pesat yang berdampak pada kondisi daya dukung wilayah.
Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, serta kota-kota lain di pesisir utara Pulau Jawa adalah diantara daerah yang paling semarak dengan kegiatan pembangunan tersebut.
“Salah satu hal yang dirasakan oleh masyarakat di kota-kota tersebut adalah penurunan muka tanah (land subsidence), terutama di daerah pesisir pantai utara Pulau Jawa,” ujar Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar dalam talkshow peluncuran Atlas Sebaran Tanah Lunak dan Atlas Sebaran Batulempung Bermasalah di Indonesia di Semarang, Jawa Tengah Rabu (20/11).
Kumpulan peta yang diterbitkan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tersebut menunjukkan daerah di seluruh Indonesia yang memiliki kondisi tanah lunak dan batulempung bermasalah dalam skala provinsi, demikian dikutip dari situs jejaring Badan Geologi di Jakarta, Kamis.
Rudy menjelaskan, penurunan muka tanah atau biasa disebut dengan amblesan tanah adalah peristiwa turunnya permukaan tanah yang disebabkan perubahan volume lapisan batuan yang terkandung di bawahnya.
Menurunnya muka tanah ini biasanya terjadi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama, sehingga tidak dapat segera diketahui. Karenanya, amblesan tanah juga sering dinamakan sebagai The Silent Killer (pembunuh senyap).
Penyebab
Penurunan muka tanah di beberapa wilayah di Pantai Utara Jawa dapat disebabkan karena faktor alam dan manusia.
Kondisi alamiah yang dapat mempengaruhi amblesan tanah adalah sifat alami konsolidasi tanah yang umumnya berada di atas endapan yang relatif berumur muda (Kuarter) dan gaya tektonik karena ada struktur geologi.
Sementara itu, faktor antropogenik atau yang disebabkan oleh manusia adalah pengambilan air tanah yang tidak terkendali dan pembebanan dari bangunan yang berlebihan.
“Dari empat faktor penurunan tanah tersebut, pengambilan air tanah yang berlebihan dipercaya sebagai salah satu penyebab penurunan tanah yang cukup signifikan untuk kota-kota besar di Indonesia,” terang Rudy.
Atlas Sebaran Tanah Lunak dan Atlas Sebaran Batulempung Bermasalah di Indonesia diharapkan dapat digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan guna menyiapkan langkah mitigasi bencana geologi dalam melakukan kegiatan pembangunan.
Laporan: Redaksi