Virus hepatitis membunuh 3.500 jiwa setiap hari di seluruh dunia, dengan 83 persen di antaranya disebabkan oleh hepatitis B, dan 17 persen disebabkan oleh hepatitis C.
Jakarta (Indonesia Window) – Lebih dari 3.500 orang meninggal karena virus hepatitis setiap hari dan jumlah korban di seluruh dunia terus meningkat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada Selasa (9/4) pekan lalu, menyerukan tindakan cepat untuk melawan penyakit menular pembunuh terbesar kedua tersebut.
Data baru dari 187 negara menunjukkan bahwa jumlah kematian akibat virus hepatitis meningkat menjadi 1,3 juta pada tahun 2022 dari 1,1 juta pada tahun 2019, menurut laporan WHO yang dirilis bertepatan dengan KTT Hepatitis Dunia di Portugal pekan ini.
Ini adalah “tren yang mengkhawatirkan,” kata Meg Doherty, kepala program HIV, hepatitis, dan infeksi menular seksual global WHO, di konferensi pers.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa terdapat 3.500 kematian per hari di seluruh dunia akibat infeksi hepatitis, dengan 83 persen di antaranya disebabkan oleh hepatitis B, dan 17 persen disebabkan oleh hepatitis C.
Ada obat generik yang efektif dan murah yang dapat mengobati virus ini. Namun hanya tiga persen dari penderita hepatitis B kronis yang menerima pengobatan antivirus pada akhir tahun 2022, kata laporan itu.
Untuk hep C, hanya 20 persen, atau 12,5 juta orang yang telah diobati.
“Hasil ini jauh di bawah target global untuk mengobati 80 persen orang yang hidup dengan penyakit hep B dan C kronis pada tahun 2030,” kata Doherty.
Tingkat infeksi hepatitis secara keseluruhan memang sedikit menurun. Namun Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menekankan bahwa laporan tersebut “memberikan gambaran yang meresahkan”.
“Meskipun ada kemajuan secara global dalam mencegah infeksi hepatitis, kematian terus meningkat karena terlalu sedikit penderita hepatitis yang didiagnosis dan diobati,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Afrika menyumbang 63 persen infeksi baru hep B, namun kurang dari satu dari lima bayi di benua ini yang menerima vaksinasi saat lahir, kata laporan itu.
Badan PBB tersebut juga menyesalkan bahwa negara-negara yang terkena dampak tidak memiliki akses yang cukup terhadap obat-obatan hepatitis generik dan seringkali membayar lebih dari yang seharusnya.
Dua pertiga dari seluruh kasus hepatitis terjadi di Bangladesh, China, Ethiopia, India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, Filipina, Rusia dan Vietnam, menurut laporan tersebut.
“Akses universal terhadap pencegahan, diagnosis, dan pengobatan di 10 negara ini pada tahun 2025, di samping upaya intensif di kawasan Afrika, sangat penting untuk mengembalikan respons global ke jalurnya,” kata WHO dalam sebuah pernyataan.
Virus hepatitis adalah penyakit menular pembunuh terbesar kedua, setelah tuberculosis (TBC).
Laporan: Redaksi