Upaya pencegahan kanker meningkat di Selandia Baru, dengan menurunkan usia pemeriksaan usus menjadi 58 tahun, memperluas cakupan usia skrining payudara bagi wanita yang berusia 70 hingga 74 tahun, dan meluncurkan strategi eliminasi kanker serviks.
Wellington, Selandia Baru (Xinhua/Indonesia Window) – Selandia Baru terus membuat kemajuan dalam upaya meningkatkan pencegahan, deteksi, dan pengobatan kanker, kata Menteri Kesehatan Selandia Baru Simeon Brown pada Kamis (11/12).
Laporan Situasi Kanker di Selandia Baru 2025, yang dirilis oleh Badan Pengendalian Kanker (Cancer Control Agency) pada Kamis tersebut, menunjukkan “kemajuan nyata” dalam pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan kanker di negara itu.
“Angka perokok terus menurun di semua etnis, program penapisan lebih efektif dan mudah diakses, dan angka harapan hidup jangka panjang telah meningkat selama dua dekade terakhir,” kata Brown, mengutip laporan tersebut.
Inisiatif utama mencakup investasi sebesar 604 juta dolar Selandia Baru atau sekitar 350,17 juta dolar AS, untuk mendanai pengadaan 33 obat kanker melalui Pharmac, badan pendanaan obat-obatan Selandia Baru, kata menteri tersebut.
*1 dolar Selandia Baru = 9.649 rupiah
**1 dolar AS = 16.688 rupiah
Pemerintah menurunkan usia pemeriksaan usus menjadi 58 tahun sebagai langkah pertama untuk menyamai Australia, memperluas cakupan usia skrining payudara bagi wanita yang berusia 70 hingga 74 tahun, dan meluncurkan strategi eliminasi kanker serviks pertama di negara itu, katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah juga berinvestasi dalam infrastruktur pengobatan kanker yang penting.
Laporan itu menyebutkan bahwa jumlah orang yang didiagnosis menderita kanker kemungkinan akan meningkat tajam, dari 30.000 lebih pada 2025 menjadi lebih dari 45.000 pada 2044.
Rencana Aksi Kanker Selandia Baru 2019-2029 yang telah diperbarui, yang akan dirilis tahun depan, akan membantu sistem tersebut mempersiapkan diri menghadapi lonjakan diagnosis kanker, imbuh Brown.
Laporan: Redaksi


.jpg)








