Banner

Indonesia pelajari teknologi perikanan budi daya dari Norwegia

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan Kampung Perikanan Budidaya, Kampung Lele di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan pada Jumat (1/3/2022). (KKP)

Jombang, Jawa Timur (Indonesia Window) – Guna menyeimbangkan antara sistem produksi perikanan budi daya dan lingkungan di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mempelajari teknologi Recirculation Aquaculture System (RAS) atau Sistem Akuakultur Resirkulasi seperti yang dilakukan di Norwegia.

“Melalui program Sustainable Marine Aquaculture Development in Indonesia (SMADI) ini, saya berharap peserta dapat memperoleh pembelajaran dari Norwegia mengenai penanganan pengendalian penyakit ikan dan peraturan pendukungnya, program vaksinasi ikan yang pernah dilakukan dan wawasan terbaru dalam perkembangan vaksin serta metode diagnostik penyakit ikan,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Gemi Triastutik, pada pelatihan ‘Disease Control and Diagnostic Method for MMAF Staff In Indonesia’ yang dilaksanakan pada 28 Maret – 1 April 2022 di Kota Cilegon, Provinsi Banten.

Sistem Akuakultur Resirkulasi (RAS) adalah fasilitas berbasis lahan tertutup dalam budi daya ikan intensif yang dirancang untuk meminimalisir dampak lingkungan serta mencegah masuknya patogen ke dalam sistem budi daya.

Teknologi perikanan budi daya tersebut didasarkan pada penggunaan filter mekanis dan biologis, dan dapat digunakan untuk semua spesies yang dibudidayakan seperti ikan, udang, kerang, dan komoditas perikanan lainnya.

Dalam kesempatan yang sama minister counsellor Kedutaan Kerajaan Norwegia, Bjornar Dahl Hotvedt, menuturkan bahwa perikanan budi daya di negaranya berkembang pesat, sehingga banyak yang ingin belajar untuk mengembangkan perikanan budi daya, termasuk mengenai cara melestarikan lingkungan dengan menjaga kualitas air.

Banner

Sementara itu, peneliti dari Norwegian University of Life Sciences (NMBU), Norwegia, Prof. Oystein Evensen, juga mengatakan, “Kami menyoroti pentingnya pengembangan vaksin sebagai dasar untuk menetapkan perlindungan kekebalan pada ikan.”

Menurutnya, data yang dihasilkan sejauh ini menunjukkan bahwa antibodi berpotensi menjadi cara paling andal untuk menambah kekebalan penyakit pada ikan.

“Kita dapat memprediksi, bahwa kemanjuran vaksin menjadi masa depan pada akuakultur, sehingga bisa dikembangkan untuk keberlangsungan perikanan budidaya,” ujarnya.

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan

Laporan: Raihana Radhwa

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan