Jakarta (Indonesia Window) – Selama berabad-abad, tuberkulosis (TBC) telah menyebabkan angka kematian yang tinggi, dan pada 2019, diperkirakan bertanggung jawab atas 1,4 juta kematian di seluruh dunia, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Padahal, TBC pada manusia sudah muncul sejak 9.000 tahun lalu di Atlit Yam, sebuah kota yang sekarang berada di bawah Laut Mediterania, di lepas pantai Israel, menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Hal tersebut diketahui dari para ahli arkeologi yang menemukan tanda-tanda infeksi paru-paru di sisa-sisa kerangka ibu dan anak yang dikubur bersama.
Catatan lain juga menuliskan sejarah awal TBC di India yang diperkirakan muncul pada 3.300 tahun yang lalu, dan China pada 2.300 tahun lalu.
Beberapa jurnal ilmiah melaporkan, TBC kuno juga ditemukan pada mumi Mesir yang berasal dari 2.400 SM, ditunjukkan dengan kelainan bentuk tulang khas penderita penyakit infeksi paru-paru tersebut.
Di Eropa pepanjang tahun 1600-1800-an TBC menyebabkan 25 persen dari semua kematian di benua itu.
Meski telah menjangkiti tubuh manusia sejak ribuan tahun lalu, bakteri penyebab TBC ‘baru’ diketahui pada 24 Maret 1882, saat Dr. Robert Koch, ahli mikrobiologi dari Jerman, mengumumkan penemuan Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab TBC.
Selama masa itu, TBC membunuh satu dari setiap tujuh orang yang tinggal di Amerika Serikat dan Eropa.
Seabad kemudian, 24 Maret ditetapkan sebagai Hari TBC Sedunia, yang menjadi momentum untuk mendidik masyarakat tentang dampak TBC di seluruh dunia.
Bakteri
Para ilmuwan berhipotesis bahwa genus Mycobacterium berasal lebih dari 150 juta tahun yang lalu.
Mycobacterium ulcerans yang menyebabkan infeksi sejak zaman kuno, membutuhkan kondisi lingkungan tertentu seperti yang tercermin saat ini dalam penyebaraannya di seluruh dunia.
Tiga juta tahun lalu, nenek moyang awal Mycobacterium tuberculosis (MT) mungkin telah menginfeksi manusia awal di Afrika Timur, dan pada 20.000-15.000 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya, nenek moyang yang sama dari galur MT moderen mungkin muncul.
Beberapa jurnal ilmiah menulis bahwa MT telah bertahan lebih dari 70.000 tahun dan saat ini menginfeksi hampir dua miliar orang di seluruh dunia, dengan sekitar 10,4 juta kasus baru TBC setiap tahun. Artinya, sepertiga dari populasi dunia adalah pembawa basil TBC dan berisiko mengembangkan penyakit aktif.
TBC sangat menular saat penderita batuk atau bersin, dan biasanya berlangsung lama, hingga bisa menggerogoti sepanjang jalan penderita dan membentuk tuberkel (titik bulat kecil atau bintil yang menempel di tulang atau kulit) di berbagai bagian tubuh.
Namun, kebanyakan orang yang terinfeksi bakteri penyebab tuberkulosis tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang tampak biasanya berupa batuk (terkadang bercampur darah), penurunan berat badan, keringat di malam hari, dan demam.
Karena sifatnya yang menular, menghasilkan respons imunologis yang kompleks dengan perkembangan kronis, dan kebutuhan untuk jangka panjang pengobatan dengan banyak antibiotik, TBC selalu menjadi beban kesehatan bagi sebagian negara di dunia.
TBC telah menjadi tantangan abadi dalam perjalanan sejarah manusia.
Laporan: Redaksi