Gelombang baru infeksi COVID-19 mungkin bisa melanda Selandia Baru sebelum akhir tahun ini, saat banyak warga negara di belahan Bumi bagian selatan ini tidak lagi memakai masker dan perbatasan telah dibuka bulan lalu.
Wellington, Selandia Baru (Xinhua) – Selandia Baru berpotensi dilanda kembali gelombang COVID-19 sebelum akhir tahun, seperti diperingatkan seorang pakar COVID-19 pada Selasa (4/10).
Prof. Michael Plank dari University of Canterbury mengimbau warga Selandia Baru untuk menerima suntikan vaksin penguat (booster) COVID-19 jika belum menerimanya, menurut sebuah laporan di New Zealand Herald.
Kasus infeksi dan rawat inap COVID-19 telah meningkat di negara-negara Eropa seperti Jerman, Denmark, Belgia, dan Inggris, kata Plank, yang mengutip hal tersebut sebagai contoh terjadinya kembali gelombang baru COVID-19 yang akan segera terjadi.
Faktor-faktor gabungan seperti menurunnya kekebalan dan subvarian Omicron baru BQ.1.1, turunan BA.5, dan subtipe lainnya, BA.2.75.2, akan menimbulkan terbentuknya kembali gelombang COVID-19 di masa depan, ujarnya.
“Jadi, apa pun yang terjadi di Belahan Bumi Utara, saya memperkirakan sesuatu yang serupa akan terjadi di sini, mungkin dalam hitungan pekan,” kata Plank, seperti dikutip oleh New Zealand Herald.
Plank mencatat bahwa banyak warga Selandia Baru tidak lagi memakai masker dan perbatasan telah dibuka bulan lalu.
Selandia Baru pada pekan lalu mencatat 9.975 kasus baru COVID-19 di tengah masyarakat dan tambahan 33 kematian akibat pandemi itu, menurut Kementerian Kesehatan Selandia Baru pada Senin (3/10).
Rata-rata, kasus baru harian di negara itu mencapai 1.422 dalam sepekan terakhir. Jumlah kasus harian di Selandia Baru tercatat terus menurun dari 10.000 lebih kasus secara nasional pada awal Juli.
Musim flu parah
Laporan CNN pada 6 September lalu menyebutkan bahwa Amerika Serikat harus menaruh perhatian pada situasi Australia tahun ini yang mengalami musim flu terparah dalam lima tahun dan tingkat penyakit mirip influenza juga tercatat lebih tinggi di Selandia Baru pada tahun ini dibandingkan dengan dua tahun terakhir.
“Belahan Bumi Selatan mengalami musim flu yang sangat parah, dan hal itu berlangsung lebih awal,” ujar Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS (National Institutes of Allergy and Infectious Diseases) Anthony Fauci, seperti dilansir Bloomberg News. “Influenza, seperti yang kita semua alami selama bertahun-tahun, dapat menjadi penyakit yang serius, terutama ketika Anda mengalami musim yang parah.”
Hal itu mengindikasikan bahwa AS dapat kembali dilanda flu sementara COVID-19 masih merebak pada tingkat yang lebih tinggi, menurut dokter terkemuka di negara tersebut. Pemodelan pemerintah baru-baru ini memperkirakan bahwa penyebaran COVID-19 akan memuncak kembali pada awal Desember.
“Jika hal itu terjadi, maka ini akan menjadi musim dingin pertama di mana AS harus menghadapi dua virus pernapasan yang merebak bersamaan pada level tinggi, sesuatu yang telah diperingatkan oleh sejumlah ahli penyakit menular sejak awal pandemi,” papar CNN.
Pemerintah AS akan meluncurkan kampanye pada musim gugur tahun ini untuk menyerukan kepada masyarakat agar mendapatkan suntikan flu dan membarui dosis penguat (booster) vaksin COVID-19 mereka di saat yang bersamaan, imbuh laporan tersebut.
Laporan: Redaksi