Pejabat UA sebut Afrika hadapi kekurangan 15 juta personel guru

Foto yang diabadikan pada 18 Juli 2024 ini menunjukkan suasana Sidang Biasa (Ordinary Session) Dewan Eksekutif Uni Afrika (UA) ke-45 di Accra, Ghana. (Xinhua/Seth)

Sistem pendidikan di Afrika membutuhkan investasi sekitar 90 miliar dolar AS guna mencapai hasil yang lebih baik, karena seluruh dunia mungkin akan bergantung pada generasi muda Afrika dalam 20 tahun ke depan lantaran rendahnya pertumbuhan populasi di belahan dunia lain.

 

Accra, Ghana (Xinhua/Indonesia Window) – Afrika menghadapi kekurangan 15 juta personel guru, yang menghambat pembangunan di benua itu, demikian disampaikan seorang pejabat senior Uni Afrika (UA).

Mohammed Belhocine, komisaris UA untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, menyampaikan pernyataan tersebut dalam konferensi pers pada Sesi Biasa (Ordinary Session) Dewan Eksekutif UA ke-45 yang berlangsung di Accra, ibu kota Ghana, pada Jumat (19/7) pekan lalu. Dirinya juga memperingatkan bahwa kekurangan guru ini berdampak negatif terhadap kemampuan benua tersebut untuk memenuhi aspirasi pendidikan dan pembangunannya.

Oleh karena itu, komisaris tersebut menyerukan agar benua itu mengambil langkah-langkah untuk menjembatani kesenjangan ini guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) di bidang pendidikan pada 2030 yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Defisit guru ini sangat besar, dan kita memerlukan upaya kuat untuk menjembatani kesenjangan tersebut dan memanfaatkan sebaik-baiknya apa yang telah kita investasikan dalam sistem pendidikan kita,” kata Belhocine.

Sistem pendidikan di Afrika
Para murid mengikuti kelas bahasa Mandarin di Happy Heart Montessori School di Dome Pillar 2, pinggiran Accra, ibu kota Ghana, pada 3 Juni 2024. (Xinhua/Seth)

Afrika membutuhkan investasi sekitar 90 miliar dolar AS untuk menjembatani kesenjangan tersebut, meningkatkan infrastruktur pendidikan, dan memenuhi target SDG tepat waktu, papar sang komisaris.

Situasi di Afrika itu disebabkan oleh menurunnya status sosial profesi guru, menurut Belhocine. “Saat ini, menjadi pengusaha lebih bergengsi dibandingkan menjadi guru. Inilah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan pada pasokan guru.”

Dia mendesak dilakukannya penjenamaan ulang (rebranding) profesi guru guna memotivasi lebih banyak orang yang berkompeten untuk menekuni profesi tersebut.

“Solusi lainnya adalah menggunakan digitalisasi sebagai jalan pintas sehingga dengan adanya infrastruktur digital, satu guru dapat menjangkau lebih banyak anak murid pada saat yang bersamaan dengan menggunakan platform elektronik dan mengurangi beban defisit,” tutur Belhocine, seraya menambahkan bahwa keahlian teknologi informasi dan komunikasi harus menjadi bagian dari pelatihan guru agar solusi ini berhasil.

Dia juga menyerukan dukungan global untuk meningkatkan sistem pendidikan di Afrika guna mencapai hasil yang lebih baik, karena seluruh dunia mungkin akan bergantung pada generasi muda Afrika dalam 20 tahun ke depan lantaran rendahnya pertumbuhan populasi di belahan dunia lain.

Sesi Biasa Dewan Eksekutif UA ke-45, yang merupakan pertemuan para menteri luar negeri anggota UA, adalah pendahuluan dari Pertemuan Koordinasi Tengah Tahun ke-6 para kepala negara anggota UA.

*1 dolar AS = 16.199 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan