Fokus Berita – Warga AS langsung terdampak di hari pertama ‘shutdown’ pemerintahan
Shutdown pemerintahan Amerika Serikat berdampak langsung pada warga, mulai penutupan monumen, keterlambatan layanan publik, hingga pegawai tanpa gaji.
Washington, Amerika Serikat (Xinhua/Indonesia Window) – Pemerintah federal Amerika Serikat (AS) memasuki masa shutdown pada Rabu (1/10), menandai shutdown pertama dalam hampir tujuh tahun. Sejumlah monumen nasional seperti Monumen Washington dan Gedung Capitol AS ditutup untuk umum, membuat banyak pengunjung kecewa dan cemas.
Di kaki Monumen Washington, Larae Anderson, yang berkendara dari Arizona ke ibu kota AS itu bersama suami dan empat anaknya, mengatakan mereka berencana mengunjungi puncak monumen tersebut tetapi baru mengetahui monumen itu ditutup saat tiba di pintu masuk.
“Kami agak terkejut kali ini karena mereka tidak bisa bersepakat untuk menjaga agar (gedung) pemerintah tetap dibuka,” katanya kepada Xinhua, berharap kedua partai di Kongres dapat menyingkirkan perbedaan dan “membuka kembali semuanya.”
Di dekat Gedung Capitol AS, Pat dan suaminya, yang berasal dari Negara Bagian Washington, AS barat laut, sedang mengunjungi ibu kota untuk pertama kalinya. “Kami ingin mengunjungi bagian dalam gedung Capitol, tetapi sekarang tidak bisa,” katanya kepada Xinhua, menyebut situasi tersebut “sedikit mengecewakan.”
Shutdown pemerintah saat ini belum memengaruhi banyak museum di bawah naungan Smithsonian Institution, yang cukup melegakan bagi banyak pengunjung. Smithsonian sebelumnya mengumumkan bahwa pihaknya akan menggunakan dana dari tahun fiskal sebelumnya untuk dapat tetap membuka museum-museum dan Kebun Binatang Nasional setidaknya hingga 6 Oktober.
Seorang staf di salah satu museum mengatakan kepada Xinhua bahwa jika shutdown pemerintah berlanjut lebih lama, beberapa museum juga mungkin terpaksa tutup.
Dampak shutdown ini meluas tak hanya bagi wisatawan. “Shutdown dapat mengganggu, menyebabkan penundaan proses permohonan paspor, pinjaman usaha kecil, atau tunjangan pemerintah, pusat-pusat pengunjung dan toilet di taman nasional ditutup, inspeksi keamanan pangan berkurang, dan berbagai ketidaknyamanan lainnya,” menurut artikel terbaru yang diterbitkan oleh Brookings Institution.
Pegawai federal mungkin menghadapi dampak yang lebih besar. Selama shutdown pemerintah, pegawai yang menyediakan ‘layanan esensial’, seperti pengawas lalu lintas udara dan personel penegak hukum, terus bekerja tanpa gaji, sementara ratusan ribu lainnya harus cuti tanpa gaji hingga pendanaan dipulihkan.
Selama shutdown pemerintah yang berlangsung 35 hari dari akhir 2018 hingga awal 2019, beberapa pegawai federal menghadapi kesulitan keuangan, dengan banyak di antaranya bahkan bergantung pada bank makanan untuk mendapatkan makanan gratis.
Menurut perkiraan Kantor Anggaran Kongres, shutdown pemerintah selama 35 hari, yang terpanjang dalam sejarah negara itu, menyebabkan kerugian sekitar 3 miliar dolar AS terhadap produk domestik bruto (PDB) negara itu.
*1 dolar AS = 16.680 rupiah
“Saya pikir semakin lama ini berlangsung, semakin besar dampaknya,” kata Pat, berharap shutdown pemerintah kali ini tidak akan berlangsung selama itu.
Sementara itu, partai Republik dan Demokrat terus saling menyalahkan, tanpa menunjukkan tanda-tanda akan berkompromi. Pada Rabu, Senat melakukan pemungutan suara terhadap dua rancangan undang-undang (RUU) yang sama seperti yang gagal diloloskan pada Selasa (30/9) malam waktu setempat, satu dari Partai Demokrat dan satu lagi dari Partai Republik, namun keduanya kembali gagal disahkan.
Pemimpin Partai Demokrat Senat Chuck Schumer mengatakan di platform media sosial X bahwa “Partai Republik menutup pemerintah karena mereka tidak peduli untuk melindungi layanan kesehatan bagi warga AS di seluruh negeri ini.” Schumer kembali menolak klaim Partai Republik bahwa Partai Demokrat berusaha memberikan layanan kesehatan kepada “imigran ilegal,” menyebutnya sebagai “kebohongan.”
Dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Rabu tersebut, Wakil Presiden AS JD Vance mengatakan, “Jika hal ini berlanjut selama beberapa hari lagi, atau beberapa pekan lagi, kita harus memberhentikan karyawan.”
“Itulah kenyataan dari shutdown pemerintah yang dipaksakan oleh Chuck Schumer dan Partai Demokrat kepada pemerintahan ini,” tambah Vance.
Nadine Seiler, yang berkendara selama 45 menit dari Waldorf, Maryland, untuk berdemonstrasi di Capitol, mengatakan kepada Xinhua bahwa dia sangat kecewa karena “pemerintahan ini tidak bekerja untuk rakyat.” Dia mengatakan rata-rata warga AS akan terkena dampak berat dari shutdown pemerintah.
Ketika ditanya apakah kedua partai dapat mencapai kesepakatan dalam waktu dekat, Seiler mengatakan, “Saya tidak percaya itu akan terjadi.”
Dengan wajah murung, Dave Withrow dari Wisconsin yang sedang berkunjung ke Washington mengatakan kepada Xinhua bahwa dia memperkirakan shutdown pemerintah ini bisa berlangsung cukup lama. “Karena pemerintah kita bobrok. Mereka sepertinya tidak bisa melakukan apa-apa,” katanya.
Laporan: Redaksi

.jpg)








