Sayyed Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan markas komando Hizbullah di Dahieh, pinggiran selatan Beirut.
Beirut/Gaza, Lebanon/Palestina (Xinhua/Indonesia Window) – Hizbullah pada Sabtu (28/9) mengonfirmasi bahwa sang pemimpin, Sayyed Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan markas komando kelompok militan tersebut sehari sebelumnya di Dahieh, pinggiran selatan Beirut.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok itu berduka atas meninggalnya Nasrallah, menggambarkannya sebagai “sosok martir besar” dan “pemimpin yang heroik, tegas, berani, bijaksana, berwawasan luas, dan setia” selama hampir 30 tahun, yang akhir-akhir ini memimpin dalam “pertempuran untuk Palestina, Gaza, dan rakyat Palestina yang tertindas.”
Tak lama setelah Hizbullah mengonfirmasi kematian Nasrallah, Hamas mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan “belasungkawa, simpati, dan solidaritas yang tulus kepada rakyat Lebanon yang sudah dianggap seperti saudara” dan “saudara-saudaranya di Hizbullah dan Perlawanan Islam di Lebanon.”
Hamas juga mengecam serangan udara Israel di Dahieh sebagai “aksi teroris yang pengecut, pembantaian, dan kejahatan keji” yang sekali lagi membuktikan “sifat haus darah dan kebrutalan” Israel.
Hamas menyatakan Israel bertanggung jawab penuh atas “kejahatan keji ini dan dampaknya yang serius terhadap keamanan dan stabilitas kawasan tersebut.” Hamas juga mengecam “dukungan berkelanjutan” dari pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk Israel.
Pada Jumat (27/9) malam, pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara ke markas utama Hizbullah di Dahieh. Menurut pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) pada Sabtu, serangan itu menewaskan Nasrallah dan beberapa komandan kelompok bersenjata itu.
Serangan tersebut meratakan beberapa bangunan tempat tinggal, mengakibatkan sedikitnya enam orang tewas, 91 orang luka-luka, dan kerusakan infrastruktur yang signifikan di kawasan permukiman itu, demikian dilaporkan saluran televisi (TV) MTV Lebanon.
Israel telah mengintensifkan serangan udaranya di seluruh Lebanon sejak Senin (23/9), menandai aksi militer Israel yang paling ekstensif di negara tersebut sejak 2006.
Tindakan tersebut menandai eskalasi terbaru dari bentrokan yang sedang berlangsung yang pecah sejak 8 Oktober 2023, ketika Hizbullah mulai meluncurkan roket ke Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas di Jalur Gaza, yang memicu tembakan artileri dan serangan udara balasan Israel di Lebanon tenggara.
Laporan: Redaksi