RD Kongo menggelar vaksinasi mpox tahap pertama pada 5 Oktober di provinsi-provinsi yang paling terdampak, terutama menargetkan tenaga kesehatan.
Goma, RD Kongo (Xinhua/Indonesia Window) – Republik Demokratik (RD) Kongo pada Jumat (25/10) meluncurkan program vaksinasi mpox tahap kedua.
RD Kongo menggelar vaksinasi mpox tahap pertama pada 5 Oktober di provinsi-provinsi yang paling terdampak, terutama menargetkan tenaga kesehatan. Sejak saat itu, 40.574 dari 45.957 orang telah divaksinasi di negara tersebut, dengan cakupan 88,3 persen, sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat.
Menurut otoritas kesehatan setempat, tahap baru vaksinasi ini diperuntukkan bagi orang-orang yang berisiko tinggi terpapar virus, termasuk para pekerja seks komersial dan orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien di seluruh negeri.
“Hari ini, kami ingin mengintegrasikan keterlibatan masyarakat ke dalam vaksinasi. Seperti yang Anda ketahui, mpox dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Itulah sebabnya kami menargetkan kelompok-kelompok ini guna membatasi penyebaran mpox di masyarakat,” kata Aubin Mongili, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan vaksinasi di Provinsi Kivu Utara.
Menteri Kesehatan RD Kongo Roger Kamba mengatakan bahwa negaranya membutuhkan sekitar 3 juta dosis vaksin untuk 2,5 juta orang.
Sejak awal 2024, total 35.925 kasus telah dilaporkan di RD Kongo, termasuk 7.534 kasus terkonfirmasi dan 1.006 kasus kematian, menurut laporan yang dirilis pada Selasa (22/10) oleh Kementerian Kesehatan RD Kongo.
Mpox, atau yang juga dikenal sebagai cacar monyet, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus mpox, yang menyebar melalui kontak dekat. Gejalanya meliputi demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, nyeri otot, ruam kulit, dan nyeri punggung.
Pada pertengahan Agustus, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika menyatakan wabah mpox yang sedang merebak di Afrika sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua (Public Health Emergency of Continental Security/PHECS). Tak lama setelah itu, WHO juga menyatakan mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), mengaktifkan peringatan global level tertinggi untuk mpox, kedua kalinya dalam kurun waktu dua tahun.
Laporan: Redaksi