Pelarian presiden mengakhiri kekuasaan klan Rajapaksa yang kuat, yang telah mendominasi politik di negara Asia Selatan itu selama dua dekade terakhir.
Jakarta (Indonesia Window) – Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa kabur dari negaranya pada hari Rabu saat ribuan pengunjuk rasa menyerbu kantor perdana menteri menuntut penggulingannya karena krisis ekonomi.
Sebelumnya, Rajapaksa mengatakan kepada ketua parlemen bahwa dirinya akan mengundurkan diri dan bahwa sekutunya Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe harus menjadi presiden sementara. Hal ini membuat marah rakyat Sri Lanka yang berjuang dengan kekurangan makanan, bahan bakar dan listrik selama berbulan-bulan.
Aksi Presiden Sri Lanka yang kabur mengakhiri kekuasaan klan Rajapaksa yang kuat, yang telah mendominasi politik di negara Asia Selatan itu selama dua dekade terakhir.
Kantor Wickremesinghe mengumumkan keadaan darurat dan jam malam dengan segera, tetapi kemudian membatalkannya. Kantornya mengatakan langkah itu akan diumumkan lagi nanti.
“Para pengunjuk rasa tidak punya alasan untuk menyerbu kantor perdana menteri,” kata Wickremesinghe dalam sebuah pernyataan. “Mereka ingin menghentikan proses parlemen. Tapi kita harus menghormati Konstitusi. Jadi pasukan keamanan telah menyarankan saya untuk memberlakukan keadaan darurat dan jam malam. Saya sedang berusaha untuk melakukan itu.”
Polisi yang ditempatkan di luar kantor perdana menteri menembakkan beberapa gas air mata dan sebuah helikopter militer berputar sebentar di udara, tetapi pengunjuk rasa tampak tidak terpengaruh dan akhirnya menyerbu ke dalam kompleks. Tim Wickremesinghe menolak untuk mengungkapkan keberadaannya.
Dalam sebuah pernyataan video, juru bicara parlemen, Mahinda Yapa Abeywardena, mengatakan, “Presiden menghubungi saya melalui telepon dan mengatakan bahwa dia akan memastikan surat pengunduran dirinya akan diterima oleh saya hari ini.”
“Saya mengimbau masyarakat untuk memiliki kepercayaan pada proses parlemen yang telah kami uraikan untuk menunjuk presiden baru pada tanggal 20 dan berlangsung damai.”
Stasiun TV yang dikelola negara, Rupavahini, untuk sementara menangguhkan transmisi setelah pengunjuk rasa memasuki tempat itu. Stasiun TV kedua yang dikelola pemerintah, Jaringan Televisi Independen, juga menghentikan siarannya, meskipun penyebabnya tidak jelas.
Klan politik
Sri Lanka telah dijalankan oleh keluarga Rajapaksa yang berkuasa selama lebih dari dua dekade terakhir. Gotabaya Rajapaksa terpilih sebagai presiden negara itu pada November 2019.
Protes terhadap krisis ekonomi telah membara selama berbulan-bulan dan memuncak akhir pekan lalu ketika ratusan ribu orang mengambil alih gedung-gedung penting pemerintah di ibu kota Kolombo, menyalahkan Rajapaksa dan sekutu mereka atas inflasi yang tak terkendali, korupsi dan kekurangan bahan bakar dan obat-obatan.
Sejumlah sumber dan pembantu pemerintah mengatakan, saudara-saudara presiden, mantan presiden dan perdana menteri Mahinda Rajapaksa dan mantan menteri keuangan Basil Rajapaksa, masih berada di Sri Lanka.
Gotabaya Rajapaksa, istri dan dua pengawalnya meninggalkan bandara internasional utama dekat Kolombo dengan pesawat Angkatan Udara Sri Lanka pada Rabu pagi, kata angkatan udara dalam sebuah pernyataan.
Sebuah sumber pemerintah dan seseorang yang dekat dengan Rajapaksa mengatakan dia berada di Male, ibu kota Maladewa. Presiden kemungkinan besar akan melanjutkan ke negara Asia lain dari sana, kata sumber pemerintah.
Wickremesinghe, yang kediaman pribadinya di Kolombo dibakar pada hari Sabtu pekan lalu, telah menyatakan untuk mengundurkan diri sebagai perdana menteri tetapi tidak mengulangi rencana itu setelah dirinya menjadi penjabat presiden pada hari Rabu.
Jika Wickremesinghe benar-benar mundur, ketua DPR akan menjadi penjabat presiden sampai presiden baru terpilih pada 20 Juli sesuai jadwal.
Para pemimpin protes mengatakan perdana menteri bersekutu dengan Rajapaksa dan telah memperingatkan “pertarungan yang menentukan” jika dia tidak mengundurkan diri.
Sumber: Reuters
Laporan: Redaksi