Banner

Presiden Abbas: Wilayah Palestina tidak untuk dijual

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Arab dan Islam di Riyadh, Arab Saudi, pada 11 November 2024. (Xinhua/SPA)

Abbas menghargai posisi Mesir, Arab Saudi, dan negara-negara lain yang menolak segala upaya untuk mencaplok wilayah atau mengusir warga Palestina, mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka, dan menyerukan penghentian perang sepenuhnya.

 

Ramallah, Palestina (Xinhua/Indonesia Window) – Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Rabu (12/2) menekankan bahwa wilayah Palestina tidak untuk dijual.

“Rakyat Palestina berkomitmen untuk tetap berada di tanah mereka di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem,” kata Abbas dalam pernyataan pers yang dirilis oleh kantor berita resmi Palestina WAFA.

Abbas menghargai posisi Mesir, Arab Saudi, dan negara-negara lain yang menolak segala upaya untuk mencaplok wilayah atau mengusir warga Palestina, mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka, dan menyerukan penghentian perang sepenuhnya.

Dia menekankan pentingnya mengoordinasikan upaya dan posisi Arab untuk mengadopsi visi perdamaian Arab pada pertemuan puncak darurat Arab mendatang mengenai masalah Palestina di Kairo.

Banner
Abbas menghargai posisi Mesir
Warga Palestina terlihat di sebuah jalan dengan deretan bangunan yang hancur di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara pada 29 Januari 2025. Lebih dari 500.000 pengungsi Palestina telah pulang ke Gaza utara dalam 72 jam terakhir, ungkap kantor media yang dikelola Hamas pada Rabu (29/1). (Xinhua/Abdul Rahman Salama)

Dia juga menekankan perlunya memberikan bantuan segera kepada rakyat Gaza, dan bagi Negara Palestina untuk memikul tanggung jawabnya di Gaza dan membangun kembali daerah kantong itu dengan dukungan internasional, sementara rakyat Palestina tetap berada di tanah mereka.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengusulkan agar AS mengambil alih kendali Gaza dan agar warga Palestina dipindahkan ke negara tetangga Yordania dan Mesir. Usulan ini dikecam secara luas.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan