Presiden Jokowi buka KTT G20 ke-17, menegaskan bahwa sebagai pemegang presidensi G20 Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani perbedaan yang sangat dalam dan lebar.
Badung, Bali (Indonesia Window) – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) secara resmi membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok G20 ke-17 di The Apurva Kempinski Bali, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
“Hari ini mata dunia tertuju pada pertemuan kita. Apakah kita akan mencetak keberhasilan? Atau akan menambah satu lagi angka kegagalan? Buat saya, G20 harus berhasil dan tidak boleh gagal,” ujar kepala negara dalam sambutan pembukanya.
Presiden menyatakan, sebagai pemegang presidensi G20 Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani perbedaan yang sangat dalam dan lebar.
Namun, imbuhnya, keberhasilan hanya akan dapat tercapai jika semua delegasi berkomitmen dan bekerja keras serta menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret dan bermanfaat bagi dunia.
“Saya sangat paham, perlu upaya yang luar biasa agar kita dapat duduk bersama di ruangan ini,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Jokowi juga menggarisbawahi mengenai berbagai tantangan global, mulai dari pandemik COVID-19, perang, hingga krisis pangan, energi, dan keuangan. Dampak dari krisis tersebut sangat dirasakan dunia, terutama negara berkembang.
“Masalah pupuk, jangan disepelekan. Jika kita tidak segera mengambil langkah agar ketersediaan pupuk mencukupi dengan harga yang terjangkau, maka 2023 akan menjadi tahun yang lebih suram,” ujarnya.
Presiden menambahkan, tingginya harga pangan saat ini dapat semakin buruk dan dapat memicu tidak adanya pasokan pangan.
“Kelangkaan pupuk dapat mengakibatkan gagal panen di berbagai belahan dunia, 48 negara berkembang dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi akan menghadapi kondisi yang sangat serius,” imbuhnya.
Presiden pun berharap G20 dapat terus menjadi katalis pemulihan ekonomi yang inklusif.
Presiden menyampaikan, di tengah situasi yang sangat sulit, G20 terus bekerja agar menghasilkan capaian konkret, mempersiapkan dana untuk menghadapi pandemik mendatang melalui pandemic fund, membantu ruang fiskal negara berpendapatan rendah melalui resilience and sustainability trust, mendorong percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, menghasilkan ratusan kerja sama konkret, serta mendukung pemulihan ekonomi dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan melalui Bali Compact mengenai transisi energi.
“Kita tidak hanya bicara, tapi melakukan langkah-langkah nyata. Mari kita perlihatkan kepada dunia bahwa kita dapat bersikap bijak, memikul tanggung jawab, dan menunjukkan jiwa kepemimpinan. Mari kita bekerja, dan mari kita bekerja sama untuk dunia. Recover together, recover stronger,” tandasnya.
Isu-isu terkait pemulihan ekonomi global, sistem kesehatan dunia, dan perubahan iklim menjadi pokok pembahasan KTT G20 tahun ini, termasuk transformasi digital serta ketahanan pangan dan energi.
Komunitas internasional menaruh harapannya pada perekonomian-perekonomian besar agar memperkuat koordinasi kebijakan ekonomi makro dan meningkatkan multilateralisme, keterbukaan, inklusivitas, serta kerja sama saling menguntungkan pada pertemuan tersebut.
Dibentuk pada 1999, G20 merupakan forum sentral untuk kerja sama internasional yang terkait dengan isu keuangan dan ekonomi. Forum ini terdiri dari 19 negara plus Uni Eropa (UE).
Negara-negara tersebut adalah Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.
Laporan: Redaksi