Industri penyimpanan energi baru tumbuh pesat di tengah transisi hijau China

Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone pada 9 April 2024 ini menunjukkan stasiun penyimpanan energi udara terkompresi berkapasitas 300 MW di Yingcheng, Provinsi Hubei, China tengah. (Xinhua/Cheng Min)

Penyimpanan energi baru mengacu pada teknologi penyimpanan energi selain penyimpanan pompa konvensional, yang menawarkan keunggulan seperti masa konstruksi yang singkat, layout yang fleksibel, dan respons yang cepat.

 

Beijing, China (Xinhua) – Produsen otomotif Amerika Serikat (AS) Tesla pada Kamis (23/5) melakukan upacara peletakan batu pertama untuk megafactory-nya di Shanghai, yang akan memproduksi baterai penyimpanan energi Megapack. Langkah ini diambil di tengah pertumbuhan pesat industri penyimpanan energi baru di China, yang didukung oleh komitmen negara itu untuk mengembangkan ekonomi hijau dan energi terbarukan.

Di saat China berusaha keras untuk mencapai target karbon ganda, negara itu dengan giat mengembangkan ekonomi hijau, dengan energi terbarukan sebagai salah satu mesin penggeraknya, yang memicu permintaan kuat bagi industri penyimpanan energi baru.

Laporan kerja pemerintah China tahun ini menjadikan pengembangan industri penyimpanan energi baru sebagai salah satu langkah untuk memajukan pembangunan hijau dan rendah karbon.

Penyimpanan energi baru mengacu pada teknologi penyimpanan energi selain penyimpanan pompa konvensional. Teknologi ini menawarkan keunggulan seperti masa konstruksi yang singkat, layout yang fleksibel, dan respons yang cepat.

Sistem penyimpanan energi ini mengisi daya ketika tenaga angin atau tenaga fotovoltaik menghasilkan listrik dalam jumlah besar, atau ketika konsumsi daya berada di level rendah, dan menyalurkan daya dalam kondisi sebaliknya. Sistem ini dapat memperlancar output yang tidak stabil dari tenaga fotovoltaik atau tenaga angin untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan dalam jaringan, berperan penting dalam penggunaan energi terbarukan secara massal.

Pasar yang luas

Sektor energi terbarukan di China telah mempertahankan pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Data terbaru dari Administrasi Energi Nasional China mencatat bahwa pada kuartal pertama (Q1) tahun ini, kapasitas terpasang baru untuk energi terbarukan di negara itu mencapai 63,67 juta kW, menandai peningkatan tahunan (year on year/yoy) sebesar 34 persen.

Pada periode yang sama, energi terbarukan yang dihasilkan di negara itu mencapai 687,5 miliar kWh, meliputi 30,7 persen dari total produksi listrik.

Peningkatan pesat untuk produksi energi terbarukan ini telah menciptakan permintaan pasar yang tinggi untuk fasilitas penyimpanan energi. Hingga akhir Q1 2024, kapasitas terpasang kumulatif dari proyek-proyek penyimpanan energi baru di China mencapai 35,3 juta kW. Ini menandai peningkatan sebesar lebih dari 12 persen dibandingkan akhir tahun 2023 dan peningkatan sebesar 210 persen lebih secara tahunan (yoy).

Menurut laporan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Aliansi Penyimpanan Energi China (China Energy Storage Alliance), kapasitas terpasang baru global untuk penyimpanan energi baru mencapai rekor tertinggi, yaitu 45,6 juta kW pada 2023. China, Eropa, dan AS terus memimpin pasar global di sektor ini. Kapasitas terpasang baru negara-negara itu pada 2023 mencapai 88 persen dari total global, dengan China menyumbangkan hampir 50 persen.

Saat berkomentar soal pasar energi baru di China, Wakil Presiden Tesla Tao Lin mengungkapkan bahwa China memiliki potensi pasar yang besar dan rantai industri yang lengkap. Setelah upacara peletakan batu pertama pada Kamis, Tesla menandatangani kesepakatan dengan Shanghai Lingang Economic Development (Group) Co., Ltd., mengamankan batch pesanan pertama untuk produk Megapack di China.

Inovasi teknologi

Produk Megapack Tesla merupakan perangkat penyimpanan energi elektrokimia yang menggunakan baterai lithium, sebuah rute teknis yang dominan dalam industri penyimpanan energi baru saat ini. Pada 2023, sekitar 97 persen fasilitas penyimpanan energi baru di China menggunakan baterai lithium.

Menyadari beragam skenario dan kebutuhan dalam sistem pembangkit listrik, China mendorong inovasi teknologi di sektor penyimpanan energi baru, mencapai terobosan di berbagai pendekatan teknis.

Pada awal 2024, Administrasi Energi Nasional China merilis daftar berisi 56 proyek percontohan penyimpanan energi baru. Sekitar 30 persen dari proyek-proyek tersebut termasuk dalam rute baterai lithium-ion, sementara yang lainnya mencakup sektor udara terkompresi, baterai aliran, baterai sodium-ion, gravitasi, roda gila (flywheel), karbon dioksida, baterai timbal-karbon, dan udara cair.

Beberapa proyek lokal di berbagai wilayah China yang menggunakan teknologi inovatif baru-baru ini telah memulai uji coba operasional atau sudah beroperasi.

Menggunakan bulan ini sebagai contoh, terdapat sebuah stasiun penyimpanan energi gravitasi yang pada 4 Mei lalu menyelesaikan uji coba operasional di wilayah Rudong di Jiangsu, China timur. Stasiun ini menggunakan menara penyimpanan gravitasi setinggi 148 meter untuk menyimpan energi listrik. Wilayah Rudong rencananya akan membangun total enam stasiun sejenis.

Pada 11 Mei, sebuah stasiun penyimpanan energi baterai sodium-ion dioperasikan di Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, sebagai tahap awal dari sebuah proyek penyimpanan energi. Setelah rampung, kapasitas keseluruhan proyek ini akan mencapai 100 MWh, yang dapat memenuhi kebutuhan listrik sekitar 35.000 rumah tangga setiap tahunnya.

Pemerintah Provinsi Sichuan di China barat daya pada Mei juga mengumumkan bahwa pihaknya akan membangun basis industri penyimpanan energi baterai vanadium dan mendukung penerapan fasilitas penyimpanan energi dalam produksi energi terbarukan, pengaturan puncak jaringan listrik dan pengaturan frekuensi, serta penyimpanan energi untuk stasiun basis komunikasi.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan