Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Rekor penjualan saham perdana atau (initial public offering/IPO) terbesar di dunia hingga kini dipegang olehh raksasa e-commerce China, Alibaba Group yang pada 22 September 2014, Alibaba Group menjual sahamnya senilai 25 miliar dolar AS.

Namun, rekor ini tampaknya tak akan bertahan lebih lama, jika rencana penawaran saham perdana (IPO) dari raksasa minyak Aramco kepada investor umum, yang sempat tertunda beberapa waktu lalu, dapat direalisasikan oleh desakan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman.

Banner

Mengutip laporan dari Kantor Berita Internasional Islam (IINA), putra mahkota menjanjikan penawaran umum perdana pada 2021 dan tetap berpegang pada pandangan ambisiusnya bahwa perusahaan yang dijalankan oleh negara tersebut bernilai lebih 2 triliun dolar AS.

IPO Aramco akan menjadi peristiwa yang mengguncang pasar keuangan. Pangeran Mohammad berharap untuk menaikkan rekor 100 miliar dolar AS dengan menjual lima persen saham. Jika rencana ini tercapai, maka rekor penjualan saham Aramco akan mengalahkan rekor sebelumnya yang dicatat pada tahun 2014 oleh Alibaba Group Holding Ltd dari China yang mengumpulkan 25 miliar dolar AS.

Bagi Wall Street, hal semacam itu berarti mencetak uang, dengan bank-bank dari JP Morgan Chase & Co. ke Citigroup Inc. Yang sudah bekerja untuk Aramco. Namun, di dunia yang bergerak menjauh dari minyak, IPO akan menjadi ujian global bagi investor bahan bakar fosil.

Banner

“Saya yakin pada akhir 2020, atau awal 2021,” kata Pangeran Mohammed saat membahas IPO dalam sebuah wawancara di istana kerajaan di Riyadh. “Investor akan memutuskan harga pada hari itu. Saya percaya harganya akan di atas 2 triliun dolar AS. Karena itu akan sangat besar,” kata pangeran.

IPO yang tertunda

Proyek IPO pertama kali diumumkan pada tahun 2016 sebagai landasan dari rencana Visi Arab Saudi 2030 guna memodernisasi ekonomi Saudi.

Banner

Proses IPO tersebut sempat tertunda oleh skeptisisme atas penilaian perusahaan dan rencana Aramco untuk membeli saham pengendali di produsen kimia terbesar Saudi, dan dan memulai pembicaraan untuk membeli mayoritas saham di raksasa petrokimia lokal, Sabic dengan potensi kesepakatan senilai 70 miliar dolar AS.

Para pejabat Saudi berulang kali mengatakan bahwa perjanjian itu “berjalan sesuai jadwal, tepat waktu” untuk paruh ke dua tahun 2018. Namun, pada awal tahun ini mereka mengatakan rencana itu akan ditunda hingga tahuun 2019.

Berbicara pada Rabu malam (3/10), dikelilingi oleh beberapa penasihat, Pangeran Mohammad mengatakan IPO “100 persen” untuk kepentingan bangsa.

Banner

“Semua orang mendengar tentang desas-desus Arab Saudi membatalkan IPO Aramco, dan bahwa hal ini menunda Visi 2030. Ini tidak benar,” katanya.

Pangeran Mohammad mengatakan penundaan IPO berawal pada pertengahan 2017 ketika waktu itu ada kejelasan bahwa Aramco membutuhkan dorongan ke dalam industri petrokimia.

Dia mengatakan akan menjadi tidak adil untuk melanjutkan IPO jika hal tersebut hanya untuk mengejutkan  para investor setelah dengan ada kesepatan besar dalam industri bahan kimia.

Banner

Sumber: Forbes, IINA (UNA)

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan