Pembukaan kantor penghubung NATO di Jepang menjadi diskusi antara Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, memicu kekhawatiran akan terganggunya perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik.
Beijing, China (Xinhua) – Asia-Pasifik terletak di luar cakupan geografis Atlantik Utara dan tidak memerlukan replika Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO), demikian disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada Jumat (12/5).
Wang melontarkan komentar tersebut dalam konferensi pers rutin sebagai tanggapan atas laporan bahwa Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg masing-masing mengonfirmasi pada sejumlah wawancara bahwa kedua belah pihak sedang mendiskusikan pembukaan kantor penghubung NATO di Jepang.
NATO secara terbuka menyatakan dalam banyak kesempatan bahwa pihaknya tetap menjadi aliansi regional dan tidak mengincar terobosan geopolitik, ujar Wang.
“Kendati demikian, kita menyaksikan NATO terus-menerus memperkuat hubungan dengan negara-negara Asia-Pasifik, dan bertekad masuk ke timur ke kawasan ini, mencampuri urusan regional dan menghasut konfrontasi blok. Apa yang sebenarnya dilakukan NATO?” kata Wang.
Hal ini, menurut Wang, memerlukan kewaspadaan tinggi di antara negara-negara di dunia, khususnya di kawasan Asia-Pasifik. Dia berharap pihak-pihak terkait tidak merusak perdamaian dan stabilitas kawasan hanya demi mengejar apa yang disebut kepentingan geopolitik.
“Sementara itu, seluruh dunia mengamati dengan saksama apakah Jepang benar-benar ingin menjadi ujung tombak perluasan NATO ke Asia-Pasifik,” tuturnya.
Asia adalah salah satu kawasan paling damai dan stabil di dunia dan tempat yang menjanjikan untuk kerja sama dan pembangunan, bukan arena pertarungan geopolitik. Mengingat sejarah agresi militer Jepang selama satu abad terakhir, gerakan militer dan keamanan Jepang diawasi dengan ketat oleh negara-negara tetangganya di kawasan Asia dan komunitas internasional, ungkap Wang.
Dia mendesak Jepang untuk mengambil pelajaran dari sejarah, tetap berkomitmen pada jalur pembangunan damai, dan menghindari untuk melakukan hal-hal yang dapat merusak kepercayaan serta memengaruhi perdamaian dan stabilitas di kawasan ini.
Laporan: Redaksi