Banner

Penyintas Pembantaian Nanjing meninggal, tersisa 37 orang yang masih hidup

Seorang pengunjung terlihat di Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang di Nanjing, Provinsi Jiangsu, China timur, pada 18 September 2023. (Xinhua/Li Bo)

Pembantaian Nanjing terjadi ketika pasukan Jepang merebut kota tersebut pada 13 Desember 1937, menewaskan sekitar 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata China dalam peristiwa yang dianggap sebagai salah satu episode paling kejam dalam Perang Dunia II.

 

Nanjing, Jepang (Xinhua) – Cheng Fubao, seorang penyintas Pembantaian Nanjing, wafat pada Selasa (30/1) di usia 91 tahun, mengurangi jumlah penyintas yang terdaftar menjadi 37 orang, demikian menurut Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang (Memorial Hall of the Victims in Nanjing Massacre by Japanese Invaders) pada Rabu (31/1).

Pembantaian Nanjing terjadi ketika pasukan Jepang merebut kota tersebut pada 13 Desember 1937. Selama enam pekan, mereka menewaskan sekitar 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata China dalam peristiwa yang dianggap sebagai salah satu episode paling kejam dalam Perang Dunia II.

Setelah pasukan Jepang menginvasi Nanjing pada 1937, ayah Cheng mengantar anggota keluarganya keluar dari kota itu untuk menghindari pembantaian. Namun, ayah Cheng tewas oleh pasukan Jepang, sementara Cheng dan anggota keluarga lainnya selamat.

Pada 1949, setelah pembebasan Nanjing, Cheng menjadi seorang prajurit Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army/PLA) China.

Banner

Pemerintah China menyimpan kesaksian para penyintas, yang direkam dalam bentuk transkrip tertulis maupun video. Berbagai dokumen tentang pembantaian tersebut juga telah didaftarkan oleh UNESCO dalam Daftar Warisan Ingatan Dunia (Memory of the World Register) pada 2015.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan