Pasukan Israel menembaki kerumunan warga Palestina yang sedang menunggu bantuan di sebuah jalan pesisir di sebelah barat Gaza City, menewaskan 104 jiwa, dan lebih dari 760 lainnya luka-luka.
PBB (Xinhua) – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Kamis (29/2) mengutuk serangan yang menewaskan lebih dari 100 warga Palestina yang sedang menunggu bantuan di Gaza utara, ungkap pernyataan juru bicara (jubir) Guterres.
“Sekjen PBB mengutuk keras insiden hari ini di Gaza utara di mana lebih dari 100 orang dilaporkan tewas atau cedera ketika sedang mencari bantuan untuk menyelamatkan nyawa. Warga sipil yang putus asa di Gaza membutuhkan bantuan segera, termasuk mereka yang berada di wilayah utara Gaza yang terkepung di mana PBB belum dapat mengirimkan bantuan selama lebih dari sepekan,” kata Juru Bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan.
Para pejabat Palestina mengatakan bahwa pasukan Israel pada Kamis itu menembaki kerumunan warga Palestina yang sedang menunggu bantuan di sebuah jalan pesisir di sebelah barat Gaza City. Akibatnya, 104 orang tewas dan lebih dari 760 lainnya luka-luka.
Seorang jubir militer Israel mengklaim bahwa pasukannya melakukan penembakan tersebut “untuk membela diri” setelah warga Gaza menyerang dan menjarah truk-truk bantuan yang masuk ke Jalur Gaza pada dini hari.
Dujarric mengatakan tidak ada kehadiran PBB di lokasi tragedi itu. Dia menambahkan bahwa insiden tersebut perlu diselidiki dan akan ada waktunya untuk pertanggungjawaban.
Guterres menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata kemanusiaan segera dan pembebasan tanpa syarat bagi semua sandera. Sekjen PBB menyerukan kembali langkah-langkah mendesak agar bantuan kemanusiaan yang sangat penting dapat masuk dan didistribusikan ke seluruh Gaza guna menjangkau semua orang yang membutuhkan, tutur Dujarric.
Guterres sangat terkejut dengan tingginya angka korban jiwa akibat konflik di Gaza, di mana korban jiwa kini telah mencapai lebih dari 30.000 orang dan korban luka-luka mencapai lebih dari 70.000 orang. Tragisnya, masih banyak korban, yang jumlahnya masih belum diketahui, hingga saat ini masih terkubur di bawah reruntuhan, kata Dujarric.
Laporan: Redaksi