Pameran Lego terbesar di dunia yang berlangsung dari 25 September hingga 31 Oktober 2024 di New Town Plaza di Sha Tin, Wilayah Baru (New Territories) timur, Hong Kong, menampilkan sebuah lukisan ikonis dari masa Dinasti Song Utara (960-1126) yang dibangun langsung dari 3 juta balok Lego.
Hong Kong (Xinhua/Indonesia Window) – Pekan Emas Hari Nasional menjadi sorotan, dengan wisatawan berbondong-bondong mengunjungi New Town Plaza di Sha Tin, Wilayah Baru (New Territories) timur, untuk menyaksikan langsung Rekor Dunia Guinness yang baru.
Di sini, sebuah gulungan panjang ‘Di Sepanjang Sungai Saat Festival Qingming’, (Along the River During the Qingming Festival), sebuah lukisan ikonis dari masa Dinasti Song Utara (960-1126), dibentangkan dan dipamerkan, dengan brilian dibangun langsung dari balok-balok Lego.
Mencakup area seluas 47 meter persegi, pameran Lego terbesar di dunia yang berlangsung dari 25 September hingga 31 Oktober ini menjadi tempat hiburan populer selama akhir pekan dan liburan, dengan halus merangkai dunia menakjubkan tempat hal lama dan hal baru bertemu.
Bagi para pengunjung, pameran ini sangat mengesankan dalam caranya menggabungkan dua perwakilan budaya yang sangat berbeda dari Timur dan Barat, yaitu sebuah mahakarya lukisan China kuno dan mainan klasik yang membangkitkan kenangan masa kecil kaum Barat.
“Kami menggelar pameran ini terutama untuk mempromosikan budaya tradisional China melalui acara-acara kreatif, dengan cara yang lebih relaks, menghibur, dan menarik bagi kaum muda,” kata Tania Wan, wakil manajer umum Perbankan Privat dan Pengelolaan Kekayaan (Personal Banking and Wealth Management) di Bank of China (Hong Kong), yang menginisiasi program tersebut.
Di saat orang-orang berjalan menyusuri diorama tiga dimensi sepanjang 26 meter yang terbuat dari hingga 3 juta balok Lego, mereka dapat membayangkan diri mereka sedang berada di jalanan yang ramai beberapa abad silam, ketika para pedagang menjual melon dan anak-anak bermain petak umpet.
“Terdapat banyak sekali penggambaran orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat yang melakukan aktivitas sehari-hari dan tidak ada dua objek yang sama,” kata seorang penduduk Hong Kong bermarga Chung kepada Xinhua. “Semuanya tampak hidup dalam hitungan detik.”
Sambil menunjuk ke sebuah bangunan dua lantai dengan pintu depan berhiaskan pita warna-warni, Li Chun-tung, seorang dosen seni di Universitas Hong Kong, mengatakan, “Ini salah satu restoran tersibuk pada masa itu, dengan dekorasi khas kedai minuman dan bar pada masa Dinasti Song Utara. Itu menjadi salah satu dari sekian banyak bangunan dan struktur yang dipulihkan kembali dengan begitu hidup dalam model ini.”
Diorama Lego ini menggambarkan kembali banyak detail kehidupan berabad-abad lampau, sama seperti yang digambarkan dalam lukisan itu. Ada berbagai macam perdagangan termasuk toko dupa, tukang cukur, peramal, dan klinik medis, serta bisnis yang lebih besar seperti kedai teh, restoran, kedai minuman, tukang daging, dan pedagang asongan, juga beragam sarana transportasi seperti pelangkin (sedan chair), cikar, keledai, kuda, dan unta.
Namun demikian, eksekutif program dan tenaga profesional bersertifikat Lego, Andy Hung, masih jauh dari kata puas. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun sebagai koordinator dan pencetus pameran Lego, veteran itu mengakui masih ada detail yang belum terselesaikan karena keterbatasan Lego dalam menampilkan figur manusia.
Bagi Hung, itu sama sekali bukan pekerjaan mudah, dengan lima bulan yang dihabiskan untuk menyortir sebuah cetak biru. Hung telah menyempurnakan solusi Lego, serta berkonsultasi dengan sejarawan dan arsitek, selain mengambil inspirasi dari berbagai arsip.
“Setiap proyek menjadi hal baru bagi saya, karena setiap kali saya menghadapi suasana yang berbeda, arsitektur yang berbeda, dan budaya yang berbeda. Dan mengkreasi ulang hal-hal tersebut lewat Lego merupakan sebuah tantangan,” kata Hung.
Di studionya di Lai Chi Kok, Kowloon, di antara benda-benda yang dipamerkan terdapat berbagai kreasi ulang Lego seru yang berasal dari budaya tradisional China, termasuk Kota Terlarang, topeng wajah Opera Peking, kipas bordir dua sisi dari Suzhou, Prajurit Terakota, dan Menara Bangau Kuning.
“Kalangan muda di Hong Kong sangat tertarik mengkreasi ulang karya-karya budaya tradisional China dengan Lego. Kali ini, kami mengundang banyak pemuda dan pelajar dari Hong Kong untuk membuat barang ini, dan mereka sangat bersemangat,” ujar Hung.
“Saya hanya mendemonstrasikan budaya tradisional dengan karya-karya saya, dan biarlah mainan-mainan kreatif yang bercerita,” imbuhnya.
Laporan: Redaksi