Operasi allotransplantasi laring dilakukan dengan mentransplantasikan laring dan trakea yang sehat, sehingga dapat mempertahankan fungsi vokal pasien sebagian, serta membantu meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan.
Chengdu, China (Xinhua) – Rumah Sakit China Barat Universitas Sichuan (West China Hospital of Sichuan University) pada Senin (5/6) mengumumkan bahwa tim medis rumah sakit itu baru-baru ini berhasil melakukan allotransplantasi laring untuk seorang pasien dengan kekambuhan (recurrence) kanker.
Keberhasilan operasi tersebut memberikan solusi revolusioner bagi pasien yang mengalami kehilangan atau kerusakan laring akibat kondisi seperti tumor ganas laring stadium lanjut, menurut rumah sakit itu.
Pasien berusia 65 tahun bermarga Zhou itu didiagnosis menderita kanker laring sembilan tahun lalu dan telah menjalani laringektomi parsial, kata Chen Fei, seorang profesor bedah kepala dan leher otolaringologi di Rumah Sakit China Barat Universitas Sichuan.
Meskipun telah menjalani operasi tersebut, sayangnya kanker kembali kambuh sehingga dirinya memerlukan laringektomi total. Namun, prosedur seperti itu akan sangat berdampak pada kualitas hidup pasien karena akan menghilangkan kemampuan mereka untuk bernapas melalui mulut, kata Chen.
Pakar itu menjelaskan bahwa biasanya, pasien dalam situasi serupa hanya dapat berkomunikasi melalui penggunaan perangkat buatan atau elektronik. Namun, dengan kemajuan teknologi medis, teknologi transplantasi laring telah membawa harapan baru bagi pasien yang kehilangan laringnya.
Dengan mentransplantasikan laring dan trakea yang sehat, fungsi vokal pasien dapat dipertahankan sebagian, yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan, papar Chen.
Setelah mendapatkan persetujuan dari pasien dan pihak keluarga, Chen pun memutuskan untuk melanjutkan ke tahap transplantasi laring-trakea-tiroid gabungan untuk pasien tersebut.
“Allotransplantasi laring merupakan operasi yang sangat rumit, berbeda dari transplantasi organ yang sudah lebih mapan seperti hati, ginjal, jantung, dan paru-paru, dan membutuhkan upaya kolaboratif dari tim multidisiplin,” kata Chen. Dia menambahkan bahwa keberhasilan allotransplantasi laring tetap langka secara global, menggarisbawahi betapa operasi tersebut bersifat pionir.
Setelah donor yang cocok diperoleh, tim Chen langsung memasukkan pasien tersebut ke rumah sakit. Setelah serangkaian persiapan yang matang, operasi pun dilakukan pada 29 April.
Operasi yang berlangsung selama sembilan jam itu melibatkan anastomosis rumit dari enam pembuluh darah dan empat saraf. Melalui keterampilan bedah yang luar biasa dan koordinasi yang mulus dari tim anestesi dan perawat, tim bedah itu secara efektif meminimalkan waktu iskemia laring, dan secara signifikan meningkatkan tingkat keberhasilan transplantasi.
Menurut pihak rumah sakit, kondisi pasien tersebut saat ini stabil dengan tanda-tanda pemulihan yang positif. Pasien itu kini dapat bernapas melalui mulut, dan berbicara serta terlibat dalam komunikasi dasar dengan orang lain.
Meski demikian, pelatihan rehabilitasi yang tepat tetap diperlukan selama periode tindak lanjut. Diperkirakan akan butuh waktu sekitar tiga hingga enam bulan agar fungsi menelan, bernapas, dan artikulasi pasien pulih sepenuhnya ke keadaan optimal, papar rumah sakit tersebut.
Laporan: Redaksi