Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak berjangka naik di sesi Asia pada Selasa pagi, membalikkan penurunan tajam dari hari sebelumnya, karena pasar menimbang potensi sanksi lebih lanjut terhadap sektor energi Rusia dan OPEC memperingatkan tidak mungkin untuk meningkatkan produksi yang cukup guna mengimbangi hilangnya pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent menguat 85 sen 0,9 persen menjadi diperdagangkan di 99,33 dolar AS per barel pada pukul 00.19 GMT.
Kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,04 dolar AS atau 1,1 persen menjadi diperdagangkan di 95,33 dolar AS per barel.
Kedua kontrak telah turun sekitar 4,0 persen pada Senin (11/4) di tengah kekhawatiran bahwa penguncian virus corona di China akan mengurangi permintaan bahan bakar dan menjelang rilis cadangan minyak besar-besaran oleh anggota Badan Energi Internasional (IEA).
Uni Eropa sedang menyusun proposal untuk embargo minyak Rusia setelah invasi ke Ukraina, kata beberapa menteri luar negeri mengatakan Senin (11/4). Namun, saat ini tidak ada kesepakatan di antara anggota tentang minyak mentah dari Rusia, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi militer khusus”.
“Pasar minyak masih rentan terhadap guncangan besar jika energi Rusia dikenai sanksi, dan risiko itu tetap ada di meja,” tulis Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
“Harga minyak akan bermain tarik-menarik di sini karena persediaan minyak mentah tetap rendah, tetapi pedagang energi akan berjuang untuk menghapus dampak pengumuman pembatasan COVID baru di China,” tambahnya.
Kenaikan Selasa di pasar minyak juga mengikuti peringatan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bahwa sekitar 7 juta barel per hari ekspor minyak Rusia dan bahan bakar lainnya dapat hilang karena sanksi atau tindakan sukarela, dan pihaknya tidak mungkin untuk mengganti volume tersebut.
Negara-negara anggota IEA berencana untuk melepaskan sekitar 240 juta barel selama enam bulan ke depan dalam upaya menenangkan pasar minyak yang bergejolak, di mana 180 juta akan dilepaskan dari stok AS dengan laju 1 juta barel per hari mulai Mei.
Laporan: Redaksi