Banner

Ilmuwan China kembangkan metode baru untuk awetkan kesuburan wanita

Ilustrasi. Embrio dalam rahim. (Weslley Carvalho de Souza Weslleycs97 from Pixabay)

Metode pengawetan kesuburan wanita yang aman dapat dilakukan dengan kriopreservasi vitrifikasi pada folikel yang dienkapsulasi dalam hidrogel dengan ‘nanowarming’, sebuah teknologi baru di bidang kriopreservasi.

 

Hefei, China (Xinhua) – Sekelompok ilmuwan China berhasil mengembangkan sebuah metode baru untuk mengawetkan folikel tikus pada suhu yang sangat rendah, yang meningkatkan viabilitas folikel itu lebih dari 30 persen saat dipulihkan kembali, dibandingkan dengan metode konvensional.

Hasil tersebut memberikan pendekatan yang menjanjikan untuk mengawetkan kesuburan pada wanita, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications itu.

Bagi anak perempuan praremaja dan wanita yang sangat membutuhkan pengobatan kanker, pengawetan kriogenik atau kriopreservasi (cryoperservation) folikel mungkin menjadi satu-satunya pilihan untuk mengawetkan kesuburan mereka. Namun, agen pelindung yang digunakan dalam metode kriopreservasi folikel yang ada saat ini sering kali menimbulkan efek yang buruk akibat tingginya konsentrasi dan toksisitas agen tersebut, ungkap penelitian.

Para peneliti dari Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China (University of Science and Technology of China/USTC), yang bekerja sama dengan para peneliti dari Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Anhui, mengembangkan metode kriopreservasi vitrifikasi pada folikel tikus yang dienkapsulasi dalam hidrogel dengan ‘nanowarming’, sebuah teknologi baru di bidang kriopreservasi.

Banner

Melalui metode pengawetan kesuburan wanita ini, para peneliti mengurangi kebutuhan agen pelindung yang sangat beracun tersebut dan menurunkan konsentrasinya menjadi seperempat dari cara konvensional, sebut penelitian, yang juga mengungkapkan bahwa viabilitas folikel tikus meningkat lebih dari 30 persen.

Dalam penelitian lebih lanjut, oosit yang diperoleh dari folikel ini dibuahi secara in vitro dan berkembang menjadi bayi tikus yang sehat setelah transfer embrio, kata Zhao Gang, ketua penelitian di USTC.

Paten untuk teknologi ini telah diajukan dan diperkirakan dapat diterapkan secara klinis di sejumlah rumah sakit terkait di Provinsi Anhui pada tahun depan, imbuh Zhao.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan