Sanksi Barat terhadap Rusia yang diberlakukan sejauh ini akibat konflik Rusia-Ukraina mengakibatkan inflasi Eropa meroket, biaya utilitas, harga gas alam, dan harga pangan naik, serta perekonomian di benua itu memasuki resesi, menurut Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hongaria Peter Szijjarto.
Budapest, Hongaria (Xinhua) – Sejumlah sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia merugikan Eropa dan hal itu merupakan sebuah “kegagalan total,” sebut Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hongaria Peter Szijjarto di Budapest, ibu kota Hongaria, pada Ahad (25/9).
Sebagai dampak dari sanksi-sanksi Uni Eropa (UE) yang diberlakukan sejauh ini akibat konflik Rusia-Ukraina, inflasi Eropa meroket, biaya utilitas, harga gas alam, dan harga pangan naik, dan perekonomian di benua itu memasuki resesi, ujar Szijjarto dalam saluran radio publik Hongaria MR1.
“Ini merupakan sebuah kegagalan total, karena sekarang sudah jelas bahwa sanksi-sanksi ini jauh lebih merugikan bagi Eropa dibanding Rusia sendiri dan menyebabkan kerusakan besar pada ekonomi UE,” katanya.
Szijjarto menyebut kemungkinan adanya paket sanksi Barat terhadap Rusia kedelapan sebagai “arah yang salah,” tetapi mengatakan bahwa belum ada keputusan akhir terkait masalah itu, dan bahkan proposal resminya saja belum disiapkan sejauh ini.
“Kami tidak akan memberikan persetujuan kami atas keputusan apa pun yang akan merugikan kepentingan nasional Hongaria. Keamanan pasokan energi kami tetap menjadi prioritas utama. Bagi kami, semua sanksi yang membahayakan pasokan energi kami tidak dapat diterima,” ujarnya.
Szijjarto juga menyuarakan pendapatnya tentang keuntungan yang diraih Amerika Serikat (AS) dari kebijakan sanksi UE. “Tidak dapat disangkal bahwa ekonomi Amerika berjaya dengan adanya sanksi-sanksi ini, sementara ekonomi UE bergerak menuju resesi,” sebut Szijjarto.
“Saya menganggap dialog dan negosiasi sebagai sebuah nilai, tetapi sepertinya tidak semua orang setuju dengan itu,” kata Szijjarto.
“Jika kita menutup jalur komunikasi, jalur diplomatik, kita akan menyerah selamanya dan kehilangan harapan bahwa konflik ini akan berakhir,” imbuhnya.
Laporan: Redaksi