Pejuang Palestina serahkan jenazah 4 sandera asal Israel kepada ICRC

Israel bertanggung jawab penuh atas kematian warga mereka sendiri, karena ada empat tawanan Israel yang ditahan oleh Hamas tewas dalam serangan udara langsung Israel yang juga menewaskan para penyandera.
Gaza, Palestina (Xinhua/Indonesia Window) – Kelompok-kelompok bersenjata Palestina pada Kamis (20/2) menyerahkan jenazah empat warga Israel yang disandera dan tewas kepada tim Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, ungkap sejumlah sumber Palestina.
Menurut perjanjian gencatan senjata yang sedang berlaku, penyerahan ini menandai repatriasi pertama sandera yang meninggal. Serah terima tersebut dilakukan di dekat pemakaman Bani Suhaila dalam sebuah parade militer yang dihadiri oleh anggota Brigade al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, dan faksi-faksi Palestina lainnya. Parade tersebut melibatkan kerumunan besar pria bersenjata bertopeng yang diposisikan di sekitar sebuah panggung tempat peti-peti mati diletakkan.
Setelah tim ICRC tiba, seorang militan Brigade al-Qassam mengangkat tirai hitam, memperlihatkan empat peti mati kayu berwarna hitam yang ditempeli foto para jenazah. Dalam pernyataan pers, Hamas mengatakan bahwa keempat jenazah tersebut adalah seorang wanita bernama Shiri Bibas, dua anaknya, yakni Kfir dan Ariel Bibas, serta seorang pria lanjut usia, Oded Lifshitz, yang tewas di Jalur Gaza dalam konflik dengan Israel.
Proses penyerahan secara resmi dimulai dengan penandatanganan dokumen penyerahan oleh seorang perwakilan Hamas dan seorang pejabat ICRC.
Jenazah-jenazah tersebut diserahkan oleh ICRC kepada pasukan Israel di Gaza dan akan dipindahkan ke Pusat Nasional Kedokteran Forensik (National Center of Forensic Medicine) di Tel Aviv untuk identifikasi resmi, kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan.
“Di akhir proses identifikasi, pemberitahuan resmi akan diberikan kepada pihak keluarga,” kata kantor tersebut.
Keempat korban itu sebelumnya disandera dalam serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023.
Brigade Mujahidin, sayap bersenjata Gerakan Mujahidin Palestina, mengeklaim bertanggung jawab atas penahanan keluarga Bibas selama serangan tersebut, sedangkan Brigade Al-Quds, sayap bersenjata gerakan Jihad Islam Palestina, mengatakan bahwa mereka sempat menahan Lifshitz. Kedua faksi menegaskan bahwa semua sandera Israel masih hidup hingga serangan udara Israel menyasar lokasi penahanan mereka.
Usai serah terima, Hamas mengatakan dalam pernyataan pers bahwa pemulangan keempat jenazah tersebut dilakukan atas alasan kemanusiaan, terlepas dari apa yang dideskripsikan oleh Hamas sebagai “pelanggaran tanpa henti” oleh militer Israel terhadap warga Palestina yang ditahan Israel.
Menuding Israel melakukan “kejahatan baru” terhadap warganya sendiri, Hamas mengatakan bahwa Israel bertanggung jawab penuh atas kematian mereka, karena keempat tawanan tersebut diduga tewas dalam serangan udara langsung Israel yang juga menewaskan para penyandera.
Hamas juga menuding pemerintah Israel berulang kali menghalangi negosiasi pertukaran sandera-tahanan, sehingga memperpanjang masa penahanan para tawanan dan akhirnya berujung pada kematian mereka dalam aksi militer.
Dalam pernyataannya kepada keluarga para sandera, Hamas mengatakan bahwa pertukaran yang dinegosiasikan masih menjadi satu-satunya cara agar warga Israel yang disandera dapat kembali dengan selamat, seraya memperingatkan bahwa tindakan militer lebih lanjut hanya akan menyebabkan lebih banyak korban.
Laporan: Redaksi