Krisis listrik di Afrika Selatan terus menggerogoti pertumbuhan ekonomi dan investasi, dengan pemadaman bergilir (load shedding) merusak bisnis, mengganggu rumah tangga, membahayakan penyediaan layanan sosial, serta memengaruhi keselamatan dan kesejahteraan rakyat.
Johannesburg, Afrika Selatan (Xinhua) – Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa pada Ahad (29/1) mengatakan bahwa krisis listrik di negara itu terus menggerogoti pertumbuhan ekonomi dan investasi.
“Pemadaman bergilir (load shedding) merusak bisnis, mengganggu rumah tangga, membahayakan penyediaan layanan sosial, serta memengaruhi keselamatan dan kesejahteraan rakyat,” menurut pernyataan Ramaphosa, yang juga menjabat sebagai presiden partai berkuasa Kongres Nasional Afrika (African National Congress/ANC), yang disampaikan dalam lekgotla (pertemuan) Dewan Eksekutif Nasional ANC.
“Menyelesaikan krisis energi dan mengakhiri pemadaman bergilir adalah salah satu tantangan kami yang paling mendesak dan penting,” katanya.
Akibat pemadaman bergilir, perusahaan-perusahaan enggan berinvestasi, produktivitas menurun, pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipertahankan, dan pekerjaan tidak dapat diciptakan pada skala yang diperlukan, kata Ramaphosa.
Dia menyatakan bahwa pihaknya telah menandatangani perjanjian dengan produsen listrik independen untuk 26 proyek energi terbarukan, yang akan menghasilkan listrik sekitar 2.800 megawatt (MW). Mereka juga sedang bernegosiasi untuk mengimpor 1.000 MW dari sejumlah negara tetangga.
Beberapa pembangkit listrik yang akan habis masa operasionalnya akan dialihkan dari batu bara ke energi terbarukan, imbuh sang presiden.
Laporan: Redaksi