Banner

Krisis energi perburuk sektor pembangunan hunian di Jerman

Foto yang diabadikan pada 8 September 2022 ini memperlihatkan sebuah pembangkit listrik tenaga termal di Berlin, Jerman. (Xinhua/Stefan Zeitz)

Krisis energi di Jerman telah menghantam sektor hunian dan konstruksi paling lambat sejak awal tahun ini, mencatatkan penurunan jumlah izin pembangunan pada periode antara Januari hingga Agustus tahun ini menjadi 244.000, dari target pembangunan hunian tahunan pemerintah sebanyak 400.000 unit, termasuk 100.000 unit hunian sosial.

 

Berlin, Jerman (Xinhua) – Jumlah izin hunian yang diterbitkan otoritas di Jerman dalam delapan bulan pertama 2022 tercatat tiga persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kata Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) pada Selasa (18/10).

Sektor hunian dan konstruksi sudah dilanda “badai sempurna paling lambat sejak awal tahun ini,” ujar seorang juru bicara Asosiasi Federal Perusahaan Real Estate dan Hunian Jerman (GdW) kepada Xinhua. Konflik Rusia-Ukraina saat ini mengubahnya menjadi “badai dahsyat,” imbuh juru bicara itu.

Hanya 244.000 izin pembangunan yang diterbitkan di Jerman pada periode antara Januari hingga Agustus, kata Destatis. Target pembangunan hunian tahunan pemerintah adalah 400.000 unit, termasuk 100.000 unit hunian sosial.

“Saat ini, begitu banyak masalah menumpuk dan begitu banyak krisis yang tumpang tindih,” lanjut juru bicara tersebut. Masalah rantai pasokan akibat pandemikEropa COVID-19, serta kekurangan tenaga kerja terampil dan material, kini diperburuk oleh “ledakan harga.”

Krisis energi di Jerman
Sebuah lokasi konstruksi terlihat di Berlin, ibu kota Jerman, pada 30 Juli 2021. (Xinhua/Stefan Zeitz)

Dipicu oleh krisis energi di Jerman dengan melonjaknya harga bahan bakar, inflasi tahunan di negara ini mencatatkan rekor saat naik ke level 10 persen pada September, menurut Destatis. Harga energi rumah tangga naik sangat tajam. Gas alam 95 persen lebih mahal dari tahun lalu dan harga minyak pemanas naik lebih dari dua kali lipat.

Ekonomi terbesar di Eropa tersebut menghadapi peningkatan “gelombang pembatalan” dalam proyek pembangunan tempat tinggal karena satu dari enam perusahaan terdampak pada September, menurut ifo Institute for Economic Research.

Ifo adalah sebuah organisasi di Universitas Munich yang menyediakan informasi tentang ekonomi Jerman. Kata Ifo dibentuk dari kata ‘Information’ dan ‘Forschung’ (artinya ‘penelitian’).

“Dengan meroketnya harga energi dan material, serta kenaikan suku bunga pembiayaan, kepastian perencanaan hilang dan biaya konstruksi terus naik,” ujar pakar ifo, Felix Leiss, pekan lalu.

Meski banyak masalah, Jerman ingin mempertahankan target huniannya. Ini adalah “hal yang benar untuk dilakukan,” kata Kanselir Olaf Scholz pekan lalu dalam konferensi pers mengenai hunian terjangkau.

Untuk mencapai tujuannya, pemerintah Jerman meluncurkan serangkaian langkah, termasuk memudahkan konstruksi serial dan modular serta meningkatkan dukungan untuk kepemilikan rumah bagi keluarga muda. Pendanaan negara untuk hunian sosial telah ditingkatkan ke level rekor 14,5 miliar euro atau sekitar 14,3 miliar dolar AS pada 2026.

“Banyak dari langkah yang diadopsi masuk akal dalam jangka menengah untuk meningkatkan pembangunan hunian terjangkau di Jerman,” kata juru bicara GdW. Namun, organisasinya menganggap target pemerintah untuk membangun 400.000 unit hunian per tahun sebagai sesuatu yang sia-sia.

Kementerian Perumahan, Pembangunan Perkotaan, dan Bangunan Jerman (BMWSB) membela target ekspansi tersebut. “Permintaan ada dan terus meningkat,” kata seorang juru bicara kementerian, merujuk pada 847.000 unit hunian dalam tumpukan pekerjaan sektor konstruksi.

*1 euro = 15.246 rupiah

**1 dolar AS = 15.469 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan