Banner

Wawancara: Pakar Malaysia sebut BRI jadi ‘game-changer’ yang ubah daya saing ekonomi para mitranya

Foto berikut ini menunjukkan lokasi peluncuran proyek East Coast Rail Link di Kuantan, Malaysia, pada 11 Desember 2023. (Xinhua/Chong Voon Chung)

Konektivitas infrastruktur dalam BRI dibangun melalui lebih dari 3.000 proyek di sekitar 150 negara peserta pembangunan bersama Sabuk dan Jalur Sutra di seluruh dunia.

 

Kuala Lumpur, Malaysia (Xinhua) – Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) secara luas dianggap sebagai game-changer yang mentransformasi daya saing ekonomi negara-negara mitranya, ujar Ong Tee Keat, Presiden Kaukus Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra untuk Asia Pasifik.

BRI berfokus pada konektivitas, terutama konektivitas fisik melalui pembangunan infrastruktur, yang juga berperan penting dalam menyeimbangkan kembali ketidaksetaraan ekonomi di seluruh kawasan tersebut, ujar pakar itu kepada Xinhua dalam sesi wawancara baru-baru ini.

Tidak berlebihan jika BRI disebut mengubah lanskap global tentang konektivitas infrastruktur melalui lebih dari 3.000 proyek di sekitar 150 negara peserta pembangunan bersama Sabuk dan Jalur Sutra di seluruh dunia, katanya.

Menurut sebuah studi yang dilakukan Bank Dunia pada 2019, BRI diperkirakan akan menambah keuntungan pendapatan riil sebesar antara 1,2 hingga 3,4 persen untuk negara-negara peserta, kata Ong.

Konektivitas infrastruktur dalam BRI
Foto berikut ini menunjukkan lokasi pembangunan East Coast Rail Link di Kuantan, Malaysia, pada 11 Desember 2023. (Xinhua/Chong Voon Chung)

Kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra tidak hanya akan terus berkembang, namun juga berada di posisi yang tepat untuk memulai tahap baru pembangunan berkualitas tinggi, terutama di sektor ekonomi hijau dan digital, kata Ong.

Lebih banyak proyek “kecil namun indah” akan menjadi ciri khas BRI, seiring inisiatif tersebut memasuki periode 10 tahun keduanya, ujarnya, seraya menambahkan bahwa semua itu akan berkontribusi dalam mentransformasi gaya hidup masyarakat demi kepentingan kemanusiaan.

Menurutnya, Beijing, dalam upaya untuk mewujudkan ekonomi hijau dan digital, dapat berupaya untuk lebih berfokus pada pengembangan kapasitas melalui kolaborasi teknologi.

Mengingat bahwa para mitra BRI dari Global South sangat membutuhkan inovasi dari dalam negeri namun sebagian besar terkendala oleh kurangnya dana dan pengetahuan teknologi yang kurang memadai, pemberdayaan teknologi China melalui kerja sama menjadi pilihan ideal untuk mengisi kekosongan tersebut, ujarnya.

Baginya, China, produsen panel surya, turbin angin, baterai, dan kendaraan listrik terbesar di dunia, berada di posisi yang tepat untuk membawa teknologi rendah karbon ke pasar baru dan ekonomi berkembang (emerging markets and developing economies/EMDE).

Potensi permintaan pasar diketahui sangat besar, ujarnya, seraya menambahkan bahwa yang lebih penting bagi EMDE adalah pengembangan kapasitas yang dapat dilakukan oleh China bersamaan dengan implementasi BRI yang ramah lingkungan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan