Jakarta (Indonesia Window) – Sejumlah perusahaan China masuk daftar merek-merek terkuat dan dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam laporan Global 500 2022 dari konsultan terkemuka Inggris Brand Finance yang dirilis pada Rabu (26/1).
Laporan tersebut mencantumkan aplikasi pengiriman pesan dan panggilan WeChat sebagai merek terkuat di dunia, sementara layanan jejaring sosial Douyin, atau TikTok sebagai versi internasionalnya, sebagai merek dengan pertumbuhan tercepat.
WeChat, sebuah aplikasi multiguna yang dikembangkan oleh perusahaan internet dan teknologi China Tencent, mempertahankan gelar tersebut untuk tahun kedua berturut-turut, karena “memainkan peran integral dalam kehidupan sehari-hari di China, dengan rangkaian layanan menyeluruh yang memungkinkan pelanggan untuk mengirim pesan, melakukan panggilan video, memesan makanan, dan berbelanja,” menurut laporan Brand Finance.
Menduduki peringkat ke-18 di antara 500 merek paling bernilai di dunia adalah platform video TikTok, atau aplikasi kembarannya di China Douyin. Munculnya pendatang baru ini adalah “bukti bagaimana konsumsi media sedang berubah,” kata laporan tersebut.
“Dengan menawarkan konten yang mudah dicerna dan menghibur, popularitas aplikasi tersebut menyebar ke seluruh dunia,” tambah laporan itu. “(Aplikasi) itu juga bertindak sebagai outlet kreatif dan menyediakan sarana bagi orang-orang untuk terhubung selama karantina wilayah (lockdown).”
Sejumlah merek mobil China juga “membuat langkah besar dan melawan tren global pertumbuhan negatif di sektor ini,” ungkap laporan itu, menambahkan bahwa BYD, produsen kendaraan energi baru terkemuka China, merupakan merek dengan pertumbuhan tercepat di sektor ini dengan peningkatan nilai merek sebesar 100 persen.
Sektor teknologi kembali menjadi sektor paling bernilai, kata laporan itu. Huawei, penyedia infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi serta perangkat pintar terdepan di dunia, merebut kembali posisinya di antara 10 merek paling bernilai di dunia karena telah “sangat meningkatkan investasi baik di perusahaan teknologi maupun penelitian dan pengembangan (litbang) dalam negeri, serta mengalihkan fokusnya ke layanan cloud.”
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi